Harga Minyak Dunia Stabil, OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi

7 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak dunia stabil pada awal perdagangan Senin (3/11/2025) waktu Asia. Berdasarkan data Refinitiv pukul 10.30 WIB, harga minyak Brent berada di level US$65,02 per barel, naik tipis dari posisi akhir pekan lalu di US$65,07 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat menguat ke US$61,21 per barel dari US$60,98 per barel.

Pergerakan harga minyak kali ini didorong keputusan OPEC+ yang menunda rencana peningkatan produksi pada kuartal I 2026. Langkah tersebut meredakan kekhawatiran pasar atas potensi kelebihan pasokan global yang sebelumnya menekan harga.

OPEC+ memutuskan tetap menaikkan produksi sebesar 137 ribu barel per hari untuk Desember 2025, sama seperti pada Oktober dan November. Namun, mulai Januari hingga Maret 2026, kelompok tersebut akan menghentikan sementara tambahan produksi tersebut karena faktor musiman.

Analis RBC Capital, Helima Croft, menilai keputusan OPEC+ ini mencerminkan sikap hati-hati terhadap ketidakpastian pasar. "Ada banyak alasan untuk waspada, mengingat ketidakpastian kondisi pasokan pada kuartal pertama serta antisipasi melemahnya permintaan," ujarnya seperti dikutip dari Reuters.

Selain keputusan OPEC+, tensi geopolitik juga turut memberi dukungan pada harga. Serangan drone Ukraina ke pelabuhan minyak Tuapse di Laut Hitam pada akhir pekan dilaporkan menimbulkan kebakaran dan merusak satu kapal. Serangan ini menambah risiko terhadap pasokan minyak Rusia, yang selama ini menjadi pemain besar di pasar global.

Rusia sendiri menghadapi tekanan tambahan setelah Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap dua raksasa energi, Rosneft dan Lukoil. Situasi ini membuat pelaku pasar cenderung berhati-hati terhadap potensi gangguan pasokan lebih lanjut.

Namun, dari sisi lain, pasokan minyak AS terus meningkat. Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan produksi minyak mentah Amerika naik 86 ribu barel per hari menjadi rekor baru 13,8 juta barel per hari pada Agustus 2025. Kenaikan ini menjadi faktor penyeimbang bagi harga yang sebelumnya sempat tertekan akibat melimpahnya pasokan global.

Meski begitu, sepanjang Oktober lalu, harga minyak dunia masih mencatat penurunan bulanan ketiga berturut-turut. Harga Brent dan WTI masing-masing turun lebih dari 2%, bahkan sempat menyentuh level terendah lima bulan pada 20 Oktober di tengah kekhawatiran ekonomi dan prospek permintaan yang melemah.

Para analis memperkirakan harga minyak dalam waktu dekat akan bergerak terbatas di kisaran saat ini. Proyeksi surplus pasar minyak global masih bertahan antara 0,19 hingga 3 juta barel per hari, menandakan pasokan masih cukup longgar meskipun ada gangguan di beberapa wilayah produksi.

Sementara itu, faktor ekonomi global turut menjadi variabel penting. Kekhawatiran terhadap tarif impor baru Amerika Serikat dan perlambatan pertumbuhan di Tiongkok menjadi dua faktor utama yang menekan ekspektasi permintaan energi dunia.

Dari sisi politik, Presiden AS Donald Trump membantah rumor bahwa Washington tengah mempertimbangkan operasi militer di Venezuela. Pernyataan ini meredakan spekulasi pasar bahwa AS mungkin akan memperluas sanksi terhadap negara penghasil minyak itu.

CNBC Indonesia


(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Harga Minyak Anjlok ke US$ 64, OPEC+ dan Tarif AS Jadi Pemicunya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|