Rupiah Sentuh Level Terendah Sebulan, Dolar AS Naik ke Rp 16.650

10 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan pertama pekan ini, Senin (3/11/2025).

Melansir data Refinitiv, nilai tukar rupiah harus mengakui kekuatan dolar AS dengan terdepresiasi sebesar 0,15% atau turun ke posisi Rp16.650/US$. Hal ini sekaligus menjadi level penutupan rupiah paling lemah sejak 30 September 2025.

Secara intraday, rupiah sempat dibuka menguat pada pembukaan perdagangan di level Rp16.620/US$ atau menguat 0,03%. Namun, seiring perdagangan rupiah justru berbalik melemah terhadap Greenback, hingga menutup perdagangan di zona pelemahan.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 15.00 WIB tengah berada di zona pelemahan sebesar 0,07% di level 99,735. Namun, di perdagangan sebelumnya, Jumat (31/10/2025) DXY berhasil menguat 0,28% ke level 99,804. Sekaligus mencatatkan penguatan beruntun dalam tiga hari.

Pelemahan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini masih dipengaruhi oleh penguatan dolar AS di pasar global, yang kembali mendapat dorongan dari perubahan ekspektasi kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).

Meskipun The Fed pada pekan lalu memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, pasar menilai langkah tersebut kemungkinan menjadi pemangkasan terakhir di tahun ini. Hal ini disampaikan langsung oleh Ketua The Fed Jerome Powell, yang menegaskan bahwa bank sentral kini lebih berhati-hati untuk tidak melonggarkan kebijakan terlalu cepat tanpa kejelasan arah ekonomi AS ke depan.

Komentar Powell tersebut membuat pelaku pasar kembali menilai bahwa sikap The Fed masih hawkish secara relatif, terutama setelah sejumlah presiden bank sentral regional AS juga menyampaikan ketidaknyamanan terhadap keputusan pemangkasan suku bunga di pertemuan terakhir.

Akibatnya, pelaku pasar menahan diri untuk memproyeksikan pemangkasan lanjutan di Desember. Berdasarkan data CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember kini menurun menjadi sekitar 68%, dari sebelumnya lebih dari 80% sebelum rapat FOMC berlangsung.

Situasi ini mendorong investor global kembali berburu dolar AS, karena imbal hasil aset berbasis dolar dipandang masih lebih menarik dibandingkan mata uang emerging markets, termasuk rupiah.


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Rupiah Balik Menguat, Dolar AS Turun ke Rp16.570

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|