Makanan Pedas Bikin Ketagihan, Ini Penjelasannya

2 hours ago 1

Makanan Pedas Bikin Ketagihan, Ini Penjelasannya Cabai rawit merah. - Ilustrasi - Freepik

Harianjogja.com, JOGJA–Sensasi pedas sering kali membuat mata berair, hidung meler, lidah panas, bahkan perut terasa bergolak. Namun anehnya, banyak orang justru mencari sensasi itu dan menganggapnya nikmat. Ternyata sensasi pedas terkait dengan saraf.

Bukan Soal Rasa, Tapi Respons Tubuh

Rasa pedas tidak bekerja seperti rasa manis, asin, atau pahit. Bahan aktif dalam cabai, yakni kapsaisin, sebenarnya bukan “rasa” yang terdeteksi lidah. Seperti dikutip dari The Guardian Selasa (11/11/2025) kapsaisin bekerja langsung pada reseptor saraf di mulut dan tenggorokan, tepatnya reseptor TRPV1, yang biasanya aktif ketika tubuh mendeteksi panas berbahaya.

Ketika reseptor ini terpicu, tubuh memberi sinyal seperti alarm: mata berair, kulit berkeringat, dan hidung meler. Respons tersebut adalah upaya tubuh untuk “mengusir” sesuatu yang dianggap mengancam, meskipun sebenarnya cabai tidak berbahaya.

Sebagian orang memiliki variasi gen TRPV1 yang membuat respons tubuh terhadap rasa pedas lebih ringan. Selain faktor bawaan, tubuh juga dapat terbiasa dengan pedas. Semakin sering seseorang makan pedas, reseptor tersebut akan kurang sensitif seiring waktu, sehingga rasa “terbakar” tidak lagi terasa sedahsyat sebelumnya.

Di sisi lain, tubuh juga merespons rasa pedas dengan melepaskan endorfin, yaitu hormon yang memberi rasa lega dan nyaman setelah rasa sakit mereda. Sensasi lega setelah “bertahan” dari rasa panas inilah yang sering membuat seseorang ketagihan.

Fenomena ini mirip dengan pengalaman menikmati film horor atau menaiki wahana ekstrem. Rasa takut atau sakit kecil yang dapat dikendalikan dapat berubah menjadi kesenangan. Para ilmuwan menyebutnya “masokisme jinak,” pengalaman tidak nyaman yang terasa memuaskan ketika kita tahu kita aman.

Peran Sosial, Budaya, dan Kebiasaan

Cabai bukan hal baru dalam sejarah manusia. Jejak awal konsumsi cabai ditemukan sejak sekitar 7000 SM di kawasan Meksiko dan Amerika Tengah. Seiring waktu, cabai menyebar ke seluruh dunia dan masuk dalam tradisi kuliner banyak budaya.

Di banyak tempat, makan pedas bukan hanya soal sensasi, tetapi juga kebiasaan keluarga, kebanggaan daerah, hingga lambang keberanian. Menghabiskan sepiring sambal super pedas atau ikut “tantangan pedas” pun menjadi pengalaman sosial tersendiri.

Mengurangi Rasa Pedas

Jika rasa pedas mulai terasa berlebihan, air bukan jawaban yang tepat. Kapsaisin bersifat larut dalam lemak, bukan air. Minum air hanya akan membuat rasa pedas menyebar ke area lebih luas.

Susu, yogurt, atau es krim lebih efektif karena lemak dan proteinnya dapat mengikat kapsaisin dan menetralisir sensasinya. Menariknya, es krim mint bisa bekerja dua kali: mengurangi kapsaisin sekaligus memicu reseptor dingin yang memberi sensasi sejuk pada lidah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : The Guardian

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|