REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keputihan merupakan kondisi yang sangat umum dialami oleh hampir setiap wanita, dan sering kali dianggap sepele. Padahal, di balik fenomena yang terlihat biasa ini, keputihan bisa menjadi indikasi penting tentang kondisi kesehatan seorang wanita.
Banyak yang merasa bingung, apakah keputihan yang dialami merupakan hal normal atau justru pertanda adanya infeksi yang memerlukan penanganan medis lebih lanjut. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas perbedaan antara keputihan yang normal dan yang berbahaya, lengkap dengan penyebab dan langkah penanganan yang tepat. Dengan memahami ciri-cirinya, setiap wanita diharapkan dapat lebih bijaksana dalam mengenali kondisi tubuhnya sendiri.
Apa Sebenarnya Keputihan Itu?
Menurut dokter yang sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Arya Ady Nugroho, keputihan, atau yang dikenal dengan istilah medis fluor albus, adalah keluarnya cairan atau lendir dari organ kewanitaan. "Fungsi utama keputihan adalah untuk membersihkan vagina dari kotoran dan menjaga keseimbangan pH yang sehat di area kewanitaan," ujar dr Arya kepada Republika.co.id pada pekan lalu.
Ia mengatakan keputihan merupakan mekanisme alami tubuh untuk menjaga kelembapan dan kebersihan organ intim. Pada dasarnya, keputihan bisa terjadi pada semua usia, baik sebelum maupun setelah menopause. Namun, keputihan yang berlebihan atau disertai dengan gejala lain, seperti bau tidak sedap, rasa gatal, atau perubahan warna, dapat menjadi sinyal adanya masalah kesehatan yang perlu diwaspadai.
Keputihan yang Normal
Keputihan normal memiliki ciri-ciri yang mudah dikenali. "Keputihan yang normal itu biasanya berwarna putih susu, tidak berbau, dan teksturnya sedikit kental," ujar dr Arya.
Jumlahnya juga tidak berlebihan dan tidak disertai rasa gatal atau iritasi. Keputihan jenis ini bisa dipengaruhi oleh beberapa kondisi alami tubuh, antara lain:
1. Menjelang menstruasi: Peningkatan keputihan terjadi akibat perubahan hormonal.
2. Kehamilan: Perubahan hormon yang drastis selama kehamilan dapat menyebabkan jumlah keputihan meningkat, tetapi tetap tidak berbau atau berwarna aneh.
3. Stimulasi seksual: Setelah berhubungan seksual, keputihan dapat keluar lebih banyak, namun bersifat sementara.
4. Perubahan hormonal seperti saat mengonsumsi pil kontrasepsi atau memasuki masa menopause juga dapat menyebabkan perubahan pada keputihan yang masih dalam batas normal.
Tanda-tanda Keputihan yang Berbahaya
Berbeda dengan kondisi normal, keputihan yang berbahaya selalu disertai dengan gejala-gejala tambahan yang mencolok. "Keputihan yang berbahaya biasanya ditandai dengan bau tidak sedap, rasa gatal, perih, atau perubahan warna yang sangat mencolok," kata dr Arya.
Kondisi ini sering kali menjadi pertanda adanya infeksi atau masalah kesehatan yang lebih serius. Berikut adalah beberapa ciri-ciri yang harus diwaspadai:
1. Perubahan warna
Keputihan berwarna kuning atau hijau bisa mengindikasikan infeksi bakteri atau penyakit menular seksual (PMS). Sementara itu, keputihan yang berwarna coklat atau mengandung darah bisa menjadi tanda adanya gangguan pada organ reproduksi, bahkan kanker serviks atau rahim. Keputihan berwarna abu-abu yang disertai bau amis sering kali merupakan gejala vaginosis bakterialis.
2. Bau tidak sedap
Keputihan normal tidak memiliki bau yang kuat. "Keputihan yang berbau tidak sedap bisa mengindikasikan adanya infeksi jamur atau bakteri," ujar dr Arya.
3. Jumlah berlebihan
Keputihan yang keluar dalam jumlah sangat banyak, terutama jika disertai gejala lain, dapat menjadi tanda infeksi jamur atau bakteri yang memerlukan pengobatan.
4. Gatal dan perih
Rasa gatal yang hebat di area kewanitaan, atau rasa perih saat buang air kecil atau berhubungan seksual, merupakan gejala umum dari infeksi jamur atau bakteri.
Selain itu, durasi keputihan yang tidak normal juga patut diperhatikan. Jika keputihan berlangsung lebih lama dari biasanya atau terjadi terus-menerus, ini bisa menjadi sinyal adanya masalah kesehatan yang perlu segera ditangani.
Penyebab dan Penanganan Keputihan tidak Normal
Keputihan yang tidak normal dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Yang paling umum adalah infeksi jamur, seperti Candida albicans, yang menimbulkan gatal hebat dan keputihan kental seperti keju cottage. Selain itu, bacterial vaginosis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan bakteri, serta penyakit menular seksual (PMS) seperti gonore, klamidia, dan trikomoniasis, juga dapat menyebabkan keputihan yang berbahaya.
Pada kasus yang lebih jarang namun serius, keputihan berdarah bisa menjadi tanda awal dari kanker serviks atau rahim. Penggunaan alat kontrasepsi juga dapat memengaruhi keputihan.
Jika Anda mengalami keputihan yang tidak normal, langkah pertama yang harus dilakukan adalah segera mengunjungi dokter spesialis kandungan (obgyn) untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Pengobatan akan disesuaikan dengan jenis infeksi atau masalah kesehatan yang dialami. Pengobatan dapat berupa:
• Antibiotik: Jika keputihan disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti bacterial vaginosis atau penyakit menular seksual.
• Antijamur: Untuk infeksi jamur seperti kandidiasis.
• Obat-obatan untuk masalah hormonal: Jika keputihan disebabkan oleh perubahan hormon yang tidak normal.
Selain itu, menjaga kebersihan area kewanitaan juga sangat penting. Pastikan untuk rutin mengganti pembalut, menggunakan pakaian dalam yang berbahan menyerap keringat, dan menghindari penggunaan sabun dengan bahan kimia keras di area intim.
"Penanganan yang cepat akan mencegah komplikasi lebih lanjut, serta membantu Anda menjaga kesehatan reproduksi dengan lebih baik," kata dia.