Foto ilustrasi hubungan lelaki dan perempuan. / Freepik
            
Harianjogja.com, JAKARTA—Ilmuwan membuktikan bahwa berhenti lima detik sebelum bereaksi bisa menurunkan agresi dan mengubah pertengkaran menjadi percakapan yang sehat. Ilmuwan menyebut, jeda sesingkat itu mampu menurunkan amarah dan mencegah konflik membesar.
Jeda Singkat yang Mengubah Segalanya
Penelitian dari University of St Andrews, yang dipimpin Annah G. McCurry bersama Robert C. May dan David I. Donaldson, menemukan fakta mengejutkan: berhenti selama lima detik sudah cukup untuk meredam ledakan emosi. Hasil studi yang dipublikasikan dalam Communications Psychology ini menunjukkan bahwa jeda singkat dapat menurunkan agresi sama efektifnya dengan jeda 10 atau 15 detik.
Dalam eksperimen terhadap 81 pasangan, peserta diminta bermain dalam permainan kompetitif yang memicu emosi. Mereka diberi kesempatan untuk “membalas” pasangan dengan suara bising yang tidak menyenangkan. Hasilnya, kelompok yang diwajibkan menunggu lima detik sebelum merespons menunjukkan tingkat agresi yang jauh lebih rendah.
“Awalnya kami pikir lima detik terlalu singkat,” ujar McCurry kepada CNN. “Namun ternyata efeknya sama kuatnya dengan jeda yang lebih lama.”
Ilmu di Balik Lima Detik
Mengapa jeda lima detik bisa begitu berpengaruh? Ketika emosi meningkat, tubuh memasuki mode “lawan atau lari”. Detak jantung meningkat, napas memburu, dan pikiran jernih tergeser oleh dorongan instingtif. Dalam kondisi seperti ini, tindakan spontan sering kali memperburuk keadaan.
Lima detik jeda memberi ruang bagi otak untuk menenangkan diri, menurunkan adrenalin, dan memulihkan kemampuan berpikir rasional. Dengan kata lain, sekejap keheningan itu adalah waktu yang dibutuhkan agar logika kembali mengambil alih emosi.
Mengapa Ini Penting untuk Hubungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika kedua pihak berada dalam suasana hati negatif, agresi bisa meningkat hingga 86%. Namun, dengan adanya jeda singkat, ketegangan perlahan mereda. McCurry menegaskan, ini adalah bukti ilmiah pertama bahwa “pause” yang dipaksakan dapat menurunkan agresi nyata dalam interaksi manusia.
Artinya, setiap kali Anda merasa ingin membalas dengan kata-kata tajam, lima detik keheningan bisa menjadi batas antara percakapan produktif dan pertengkaran yang merusak.
Dari Rumah ke Dunia Kerja
Aturan lima detik tak hanya berlaku untuk pasangan. Dalam hubungan profesional, pertemanan, hingga pengasuhan anak, strategi sederhana ini dapat mengubah cara kita bereaksi. Sebelum membalas pesan yang memancing emosi, sebelum menaikkan suara saat diskusi panas, atau sebelum memarahi anak karena frustrasi—berhentilah sejenak.
Di dunia kerja, kebiasaan ini bisa mencegah kesalahpahaman meningkat menjadi konflik besar. Di rumah, lima detik bisa membuat perbedaan antara menenangkan atau melukai perasaan orang yang Anda sayangi.
Melawan Budaya Reaksi Instan
Kita hidup di era kecepatan: pesan instan, opini instan, kemarahan instan. Media sosial mendorong refleks untuk segera bereaksi tanpa berpikir panjang. Aturan lima detik menjadi bentuk perlawanan kecil terhadap budaya itu, mengajarkan kita untuk berhenti, bernapas, dan memilih kata dengan sadar.
Karena terkadang, jeda sesingkat itu cukup untuk menyelamatkan hubungan, menjaga harga diri, dan memelihara kedamaian batin. Dalam dunia yang serba cepat, mungkin keheninganlah yang justru menjadi bentuk komunikasi paling kuat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : The Times of India


















































