REPUBLIKA.CO.ID, SUBANG--Siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Jalan Cagak, Kabupaten Subang diketahui tidak bisa menjawab perkalian yang merupakan materi Matematika Dasar. Padahal, materi tersebut merupakan pembelajaran anak sekolah dasar (SD).
Hal itu diketahui saat Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi, bertanya kepada seorang siswa kelas delapan SMP di Jalan Cagak yang memiliki kebiasaan merokok. Ia kemudian bertanya kepada siswa itu mengenai jumlah rokok yang biasa dikonsumsinya. “Kamu merokok sehari habis berapa bungkus? Jujur!,” ucap Dedi, dalam video yang diunggah di akun Instagramnya @dedimulyadi71, yang dikutip Republika, Ahad (9/11/2025).
Siswa itu kemudian menjawab lima batang.
Dedi pun bertanya harga rokok, yang dijawab oleh siswa itu sebesar Rp 1.500 per batang. Ia kemudian melanjutkan dengan menanyakan perkalian dari harga rokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi siswa tersebut.
“1.500 X 5, berapa?,” tanya Dedi.
“8.000,” jawab siswa.
“1.000 X 5 berapa?,” lanjut Dedi.
“7.000,” ucap siswa.
“1.000 X 5 = 7.000, oke, berarti ini Matematika versi Jalan Cagak,” kata Dedi.
“500 x 5?,” lanjut Dedi.
“2.500.000,” jawab siswa.
Dedi kemudian beralih pada para guru yang hadir di ruang kelas itu dan menyatakan bahwa hal tersebut menunjukkan kemampuan Matematika Dasar siswa SMP masih lemah. Dia meminta agar para guru tidak terlalu mengejar target kurikulum yang tingginya tapi justru mengabaikan kemampuan siswa yang bersifat mendasar.
“Ini SMP kelas delapan, 1000 x 5 aja gak bisa. Itu pelajaran SD kelas empat,” kata Dedi.
Dedi menambahkan, kondisi tersebut menunjukkan anak-anak saat ini memiliki kelemahan pada tiga hal. Yakni, kelemahan dalam membaca, menulis dan berhitung.
Ia menilai, selama ini anak-anak diajari hal-hal yang terlalu tinggi, seperti teknologi digital dan teknologi informasi. Padahal, yang dibutuhkan anak saat memasuki dunia kerja adalah kemampuan Matematika Dasar. “Terlalu high class, tinggi, ke digital, teknologi informasi. Padahal anda masuk kerja yang diuji itu adalah Matematika Dasar,” kata Dedi.
“Dan hampir rata-rata di Jawa Barat, orang gak lulus masuk industri otomotif, industri elektrik itu rata-rata tes Matematika Dasarnya tidak lulus,” kata Dedi.

1 hour ago
1

















































