Umat Muslim dan Kristen Nigeria Kompak Tolak Ancaman Serangan AS

11 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Umat Kristen dan Muslim di Nigeria kompak menolak ancaman intervensi militer Amerika Serikat (AS) yang disampaikan mantan Presiden Donald Trump. Ancaman itu muncul setelah Trump menuding terjadinya pembunuhan massal terhadap umat Kristen di negara terpadat di Afrika tersebut.

Nigeria selama ini dikenal sebagai negara yang terbagi hampir seimbang antara wilayah selatan yang mayoritas Kristen dan utara yang mayoritas Muslim. Namun, para pemimpin lokal menegaskan bahwa kekerasan yang terjadi di berbagai daerah bukan soal agama semata.

"Umat Kristen dibunuh, kita tidak dapat menyangkal fakta bahwa umat Muslim juga dibunuh," ujar Danjuma Dickson Auta, pemimpin komunitas Kristen di negara bagian Plateau, kepada AFP, dikutip Selasa (4/11/2025).

Trump sebelumnya menyatakan melalui media sosial bahwa ia telah meminta Pentagon menyiapkan rencana serangan sebagai respons atas dugaan "penganiayaan" terhadap umat Kristen di Nigeria.

Saat ditanya apakah akan menggunakan serangan udara atau pasukan darat, Trump menjawab, "Bisa jadi. Mereka membunuh orang Kristen dalam jumlah sangat besar, dan kita tidak akan membiarkan itu terjadi."

Menanggapi hal tersebut, Presiden Nigeria Bola Tinubu menegaskan bahwa toleransi beragama adalah "prinsip inti identitas kolektif bangsa." Ia menyerukan agar semua pihak menghindari provokasi yang bisa memperkeruh situasi.

Kekerasan di Nigeria, terutama di wilayah "Sabuk Tengah" seperti Plateau, sering kali dipicu perebutan lahan antara petani yang sebagian besar Kristen dan penggembala Muslim Fulani. Konflik ini telah menelan banyak korban jiwa dari kedua pihak.

Para analis menilai akar masalahnya lebih pada perebutan sumber daya dan lemahnya penegakan hukum di daerah pedesaan, bukan perbedaan agama.

"Bahkan mereka yang menyebarkan narasi genosida Kristen tahu bahwa itu tidak benar," kata Abubakar Gamandi, pemimpin serikat nelayan di negara bagian Borno yang mayoritas Muslim.

Analis politik Oxford Economics, Jervin Naidoo, menilai retorika Trump juga bisa terkait dengan ketegangan diplomatik. Nigeria diketahui menolak tuntutan AS untuk menerima kembali warga yang dideportasi dalam kebijakan imigrasi Trump.

"Sebagai balasan, AS memperketat aturan visa bagi warga Nigeria," ujarnya.

Sementara itu, pendeta Joseph Hayab, Ketua Asosiasi Kristen Nigeria untuk wilayah utara, meminta agar pernyataan Trump tidak dipelintir.

"Orang-orang memutarbalikkan cerita seolah-olah Trump datang untuk melawan Nigeria. Tidak, dia datang untuk menghadapi teroris," katanya.

Juru bicara Presiden Tinubu, Daniel Bwala, menilai gaya komunikasi Trump memang sering provokatif, namun hal itu bisa dimanfaatkan untuk membuka dialog strategis.

"Unggahan Trump bisa jadi cara untuk memaksa pertemuan antara kedua pemimpin agar mereka dapat menyelesaikan isu keamanan bersama," ujarnya.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Konvoi Besar-besaran Bandit Dibombardir Jet Tempur, 150 Orang Tewas

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|