Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh produsen ban global Michelin membuat pelaku industri otomotif nasional terkejut dan tidak menyangka langkah yang diambil perusahaan asal Prancis itu.
"Saya juga kaget, kok tiba-tiba Michelin (PHK karyawan). Michelin kan punya pabrik di Thailand, punya pabrik di sini," ungkap Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara kepada CNBC Indonesia, dikutip Rabu (5/11/2025).
Di sisi lain, Kukuh menegaskan, langkah PHK oleh pabrik ban Michelin itu tidak ada kaitannya dengan menurunnya permintaan original equipment manufacturing (OEM) dari pabrikan otomotif nasional.
"(Apa karena permintaan OEM menurun?) Ngga juga sih, kalau produksinya (kendaraan nasional) biasa-biasa aja," ujar Kukuh
Menurut Kukuh, sejauh ini tidak ada indikasi penurunan permintaan dari industri otomotif dalam negeri yang bisa memicu pengurangan tenaga kerja di sektor penunjang seperti ban.
"Kalau itu spesifik brand, masalahnya ngga tau, saya ngga tahu," katanya menambahkan.
Seperti diketahui, PT Multistrada Arah Sarana Tbk yang memproduksi ban merek Michelin yang beroperasi di Cikarang Timur melakukan PHK terhadap 280 pekerjanya. Ketua PUK SP KEP SPSI PT Multistrada Arah Sarana Tbk Guntoro menyebut, perusahaan mendadak mengumumkan rencana PHK yang akan dilakukan secara bertahap dalam waktu dekat.
Ia menegaskan langkah itu seharusnya mengikuti aturan dan kesepakatan bersama, bukan dilakukan sepihak.
"Michelin, raksasa ban dunia melalui PT Multistrada Arah Sarana Tbk, harus patuh terhadap Perjanjian Kerja Bersama (PKB) dan terhadap hukum yang berlaku di Indonesia. PHK harus berdasarkan kesepakatan, bukan dilakukan secara sepihak. Tidak bisa hari ini dipanggil, lalu hari ini juga diberikan surat PHK," tegas Guntoro dalam keterangannya.
Sementara itu, Corporate Communication Manager Michelin Indonesia Monika Rensina menyampaikan, langkah yang diambil perusahaan merupakan bagian dari upaya penyesuaian terhadap kondisi pasar global yang dinamis.
"Kami mengambil langkah proaktif untuk menyesuaikan kapasitas produksi dan tenaga kerja agar tetap selaras dengan tujuan strategis perusahaan serta menjawab dinamika permintaan pasar yang terus berkembang. Penyesuaian ini merupakan langkah penting untuk menjaga daya saing dan memastikan keberlanjutan jangka panjang organisasi, seiring dengan upaya kami untuk memperkuat posisi sebagai lokasi manufaktur unggulan untuk ban kualitas dunia," ujar Monika kepada CNBC Indonesia.
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tsunami PHK Otomotif Berlanjut, 114 Ribu Lapangan Kerja 'Hilang'
















































