Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengakui, meski kinerja ekspor Indonesia terus menunjukkan tren positif, posisi Indonesia masih tertinggal dari negara tetangga seperti Vietnam dan Singapura, yang unggul dalam sektor manufaktur.
"Kalau kita lihat ya, ekspor kita itu meningkat 8,14% dibanding tahun lalu. Jadi sekarang total ekspor kita sudah mencapai US$209 miliar. Ini tren yang positif buat kita semua, kenapa? Karena di situasi yang seperti ini ternyata kita bisa menunjukkan kinerja yang bagus," kata Budi di Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Budi menyampaikan nilai surplus perdagangan Indonesia juga meningkat signifikan. Di mana surplus perdagangan Indonesia naik 50,94%.
"Kalau dilihat di trade balance itu, tahun lalu Januari-September surplus kita US$22,16 miliar. Sekarang sudah menjadi US$33,48 miliar," sebutnya.
Namun, ia menekankan, pencapaian tersebut belum berarti Indonesia bisa berpuas diri. "Tapi begini ya, kita tentu tidak kemudian ini sesuatu yang seolah-olah sudah selesai buat kita, karena PR kita masih besar," ucap dia.
Ia pun membandingkan capaian ekspor Indonesia dengan beberapa negara ASEAN yang telah lebih maju dalam struktur industrinya.
"Kalau dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, kita itu masih kalah. Ekspor Singapura itu US$550 miliar, Vietnam itu US$350 miliar," ungkapnya.
Menurut Budi, keunggulan dua negara itu terletak pada orientasi ekspor yang sudah berbasis manufaktur bernilai tambah.
"Singapura itu dia ekspornya adalah manufaktur. Dia impor produk bahan-bahan baku, atau bahan setengah jadi, setelah itu kemudian dia kemas di dalam negeri dan diekspor menjadi barang yang bernilai tambah," jelasnya.
Sementara Vietnam, lanjut dia, menunjukkan perkembangan pesat dalam dua dekade terakhir.
"Vietnam itu tahun 2002, dari 10 produk utama itu 3 produk manufaktur, Indonesia 5 produk manufaktur. Tahun 2011 Vietnam menjadi 5 produk manufaktur, kita menjadi 3. Tahun 2020 kita menjadi 5 produk manufaktur, Vietnam menjadi 10 produk manufaktur. Nah itu yang membuat kenapa dia mempunyai nilai yang besar di dalam ekspor," tuturnya.
Budi menilai, dominasi produk manufaktur menjadi kunci agar ekspor Indonesia bisa bersaing di pasar global. Meski saat ini sekitar 70% ekspor Indonesia sudah berasal dari industri pengolahan, sektor tersebut masih belum setara dengan yang dimiliki Singapura maupun Vietnam.
"Kita itu sudah 70% industri pengolahan, tetapi industri pengolahan kita memang tidak seperti di Singapura maupun di Vietnam. Tetapi ini sudah masuk industri pengolahan, artinya kita sudah mengalami kemajuan," ujar Budi.
Ia menambahkan, perubahan ini menunjukkan transformasi positif struktur ekspor nasional dibanding 15 tahun lalu.
"Kalau 15 tahun yang lalu itu terbalik ya, 70% bahan mentah, kemudian 30% industri pengolahan. Tapi sekarang sudah terbalik," ungkapnya.
Meskipun demikian, Budi menilai pekerjaan rumah untuk memperkuat sektor manufaktur dan meningkatkan nilai tambah ekspor masih besar.
"PR kita masih besar. Yang penting sekarang bagaimana kita memperkuat basis industri agar bisa bersaing, seperti yang dilakukan Vietnam dan Singapura," pungkasnya.
(dce)
                    
                                                
    [Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikut Iran-Vietnam, RI Bakal FTA dengan Rusia Cs-Ekspor Kena Tarif 0%


















































