Ilustrasi pegiat tarekat qadiriyah yang didirikan Syekh Abdul Qadir al Jailani berdzikir.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah mencatat bahwa Syekh Abdul Qadir al Jailani yang dikenal sebagai raja para waliyullah atau pemimpin para kekasih Allah wafat pada tahun 1166 alias 859 tahun lalu. Namun demikian, pengaruhnya tetap dirasakan hingga detik ini.
Ajaran tasawufnya berupa Tarekat Qadiriyah tetap diamalkan banyak orang di berbagai kawasan. Bahkan setiap ustaz yang memimpin tahlil, biasanya mengirimkan pahala bacaan al fatihah kepadanya, khushushon ila ruhi Syekh Abdul Qadir.
"Syekh Abdul Qadir sebagai pendiri gerakan sufi yang abadi dan memiliki jangkauan global," tulis peneliti barat J Spencer Trimingham dalam bukunya The Sufi Orders in Islam.
Ajarannya diikuti banyak orang karena beberapa alasan: 1) Pendekatan yang seimbang antara syariat dan hakikat: Dia berhasil memadukan antara menjalankan syariat Islam dengan memahami makna spiritual dari ajaran tersebut. Hal ini membuat ajarannya relevan bagi banyak orang yang mencari pemahaman Islam yang lebih mendalam.
2) Penekanan pada pensucian diri: Ajaran Tarekat Qodiriyah yang dipimpinnya menekankan pentingnya membersihkan diri dari nafsu duniawi dan sifat-sifat negatif lainnya. Ini membantu para pengikutnya mencapai tingkat spiritual yang lebih tinggi.
3) Ajaran yang sistematis dan berorientasi pada akhlak: Tasawuf yang dikembangkannya berorientasi pada perbaikan akhlak dan mencapai maqam ma'rifat kepada Allah. Ini membuatnya disenangi banyak orang.
4) Kehidupan yang penuh dengan karamah dan keteladanan: Banyak karamah dan keteladanan yang dimiliki oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani membuatnya dihormati dan diikuti oleh jutaan orang dari berbagai zaman.