Oleh: Buya Anwar Abbas*)
Kongres Pemimpin Agama Dunia dan Tradisional VIII yang berlangsung di Astana, Kazakhstan, pada 17-18 September lalu telah resmi ditutup oleh Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev. Di antara pelbagai hal menarik dari konferensi tersebut ialah pidato seorang tokoh agama Yahudi dalam sesi penutupan.
Dengan suara lantang dan tegas, ia meneriakkan kata-kata, "Kami cinta damai!" Secara berulang-ulang pula, yang bersangkutan mengucapkan, "Setop terorisme!"
Ini tentu tidak terlepas dari suasana hati dan keadaan yang sedang ia alami. Sebab, saat ini rakyat Israel tidak bisa hidup dengan aman, tenteram, dan damai lantaran sewaktu-waktu peluru kendali (rudal) dan drone dari Hamas, Iran, dan Houthi bisa saja jatuh di daerah permukiman mereka.
Atas dasar itulah, mungkin, sang rabi (pendeta agama Yahudi) tidak malu-malu berteriak di depan para pemuka agama dunia yang datang dari berbagai negara. Ia mengeluarkan kata-kata "stop terorisme" secara berulang-ulang.
Namun, pertanyaannya: siapakah yang mereka anggap sebagai teroris? Apakah Hamas, Iran, dan Yaman? Ataukah malah teroris itu adalah Israel sendiri?
Tentu saja, berdasarkan data dan fakta, yang telah menjadi teroris itu adalah Israel. Sebab, entitas yang berdiri sejak tahun 1948 itu telah menebarkan ketakutan dengan merampok dan menjajah tanah dan rakyat Palestina.
Oleh karena itu, jika sang rabi ingin membuat rakyat Israel hidup dengan aman, tenteram, dan damai, maka ia harus pertama-tama mendorong Israel untuk mengembalikan seluruh tanah yang telah mereka rampas. Pada saat yang sama, desaklah pemerintah zionis agar segera menghentikan praktik-praktik penjajahan atas rakyat Palestina.
Namun, itu pula yang tidak dilakukan oleh Israel. Bahkan, kita lihat, para tokoh agama Yahudi yang seharusnya mengajarkan keadilan, kebenaran, dan kebaikan juga ikut mendukung terjadinya praktik-praktik kejahatan kemanusiaan, termasuk pembersihan etnis (ethnic cleansing) dan genosida yang menarget penduduk Palestina, khususnya di Jalur Gaza.
Pemerintahnya melakukan praktik-praktik demikian antara lain karena para pemuka agama Yahudi, yang jadi pendukung zionisme, mengatakan bahwa tanah Palestina adalah tanah nenek moyang orang Israel. Akibatnya, pemerintah dan sebagian besar rakyat Israel tampak semakin agresif untuk merampas dan menduduki tanah Palestina serta membunuh rakyat Palestina.
Sebab, mereka merasa apa-apa dilakukannya sudah mendapatkan legitimasi dari para rabi atau pemuka agama mereka.
Maka, kehadiran dari para rabi tersebut kita lihat sebagai sia-sia belaka. Jangankan akan membawa perdamaian. Mereka malah telah membuat brutalitas Israel terhadap rakyat palestina semakin menjadi-jadi. Sebab, tindakan demikian bagi mereka merupakan sebuah "tugas suci."
*) Dr H Anwar Abbas MM MAg atau yang akrab disapa Buya Anwar Abbas merupakan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Dosen tetap Prodi Perbankan Syariah FEB UIN Syarif Hidayatullah ini juga adalah Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang UMKM, Pemberdayaan Masyarakat, dan Lingkungan Hidup.