Kemenkes: Indonesia Kekurangan 900 Ribu Kantong Darah Setiap Tahun

5 hours ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) merilis data Indonesia masih kekurangan stok darah nasional sekitar 900 ribu kantong per tahun. Kondisi ini menjadi salah satu tantangan utama dalam pelayanan darah saat ini.

Direktur Pengembangan Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes, dr Yanti Herman, MH Kes, menjelaskan kebutuhan darah tahunan di Indonesia mencapai sekitar 5,6 juta kantong. Untuk menutupi kekurangan tersebut, Kemenkes mengirimkan surat kepada pemerintah kabupaten/kota dan PMI agar lebih aktif menyelenggarakan kegiatan donor darah.

"Mudah-mudahan Diastika tidak hanya saat acara CSR saja. Setahun tiga kali atau empat kali kan masih bisa. PMI juga senang. Nanti kasih reward untuk yang rutin donor," kata Yanti dalam talkshow bertajuk “Tren Donor Darah di Indonesia: Tantangan dan Harapan” yang digelar PT Diastika Biotekindo Tbk di Gedung Etana, Jatinegara, Jakarta Timur, Kamis (18/9/2025).

Ia mencontohkan, di rumah sakit yang dikelola langsung oleh Kemenkes, staf diwajibkan menyumbang darah. "Jadi mereka dapat satu SKP. Selain sehat, juga diapresiasi," ujarnya.

Menurut Yanti, jumlah pendonor aktif di Indonesia masih sangat rendah. Rata-rata mereka hanya menyumbangkan satu kantong darah per tahun. "Nanti di surat Dirjen, untuk semua publik, akan diminta membuat kegiatan plus donor darah. Tidak susah, tinggal menghubungi PMI atau UTD terdekat, mereka yang mengatur," katanya.

Kemenkes juga aktif mengampanyekan donor darah melalui media sosial, baik untuk kesehatan individu maupun manfaat bagi orang lain. Rumah sakit selain RS vertikal Kemenkes juga didorong untuk mewajibkan staf melakukan donor darah secara rutin.

"Lalu memberikan penghargaan untuk pendonor aktif, ini PR kita juga. Mudah-mudahan pembiayaannya bisa lebih baik," kata Yanti.

Ia menambahkan, tantangan lain adalah distribusi darah yang tidak merata, sehingga wilayah terpencil sulit mengakses stok yang cukup. Selain itu, fasilitas fraksionasi plasma masih minim, sementara obat berbasis darah masih bergantung pada impor karena belum diproduksi secara mandiri di dalam negeri.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|