Kasus Pembunuhan Kacab BRI, Kriminolog: Kejahatan Semacam Ini Hampir Mustahil Berdiri Sendiri

4 hours ago 7

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi telah mengungkap kasus pembunuhan kepala cabang pembantu (kacab) BRI berinisial MIP (37 tahun) pada Selasa (16/9/2025). Berdasarkan penyelidikan polisi, motif aksi itu dilakukan untuk memindahkan dana dari rekening pasif (dormant) ke rekening yang telah disiapkan tersangka.

Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Haniva Hasna menilai, kasus pembunuhan kacab BRI itu tidak bisa dilepaskan dari dunia kejahatan finansial. Pasalnya, terdapat sebuah rencana yang terhubung dengan dana besar di dalam rekening dormant, yang menjadi motif aksi itu dilakukan.

"Kejahatan semacam ini hampir mustahil berdiri sendiri," kata dia kepada Republika, Kamis (18/9/2025).

Ia menjelaskan, dalam teori white collar crime (kejahatan kerah putih), selalu ada orang dalam. Orang dalam itu adalah pihak yang punya akses ke sistem dan mampu memanipulasi data tanpa mudah terdeteksi.

"Pertanyaan kriminologis pun muncul, apakah korban terlalu tahu tentang skema ini, sehingga dianggap ancaman, atau justru sempat dipakai untuk memuluskan rencana, lalu kemudian 'dikorbankan' ketika posisinya berubah berbahaya?" kata dia.

Haniva menyatakan, dalam kejahatan itu sangat mungkin adanya keterlibatan aktor bayangan yang tidak pernah muncul di TKP. Namun, aktor itu sejatinya menjadi pengendali aksi tersebut.

"Mereka jarang tersentuh hukum karena tidak bersentuhan langsung dengan korban maupun rekening. Polanya sederhana, insider berperan sebagai tangan teknis, sementara invisible actor menikmati hasil di balik layar, tetap aman dari sorotan publik," ujar dia.

Menurut Haniva, kasus itu awalnya hanya beraroma kejahatan finansial. Namun, begitu kepentingan mulai terancam, kejahatan itu naik kelas menjadi violent crime.

"Inilah yang disebut transformasi kejahatan. Situasi seperti ini biasanya terjadi ketika rahasia hampir terbongkar, korban tahu terlalu banyak, atau ada konflik internal antarpelaku," kata dia.

Haniva menilai, apabila ditarik ke dalam lapisan motif, terlihat jelas motif utama kasus itu adalah penguasaan dana dormant. Sementara itu, motif sekunder adalah penghilangan saksi penting yang bisa membuka tabir jaringan. Di sisi lain, terdapat motif terselubung untuk menjaga reputasi dan keselamatan invisible actor, agar bayangan mereka tidak pernah tersorot.

Menurut dia, masih ada banyak pertanyaan krusial yang menggantung dalam kasus itu. Salah satunya adalah terkait arsiteknpertama rencana pemindahan dana.

"Apakah orang dalam, atau pihak luar yang memanfaatkan celah? Apakah pembunuhan ini sudah dirancang sejak awal, atau hanya jalan darurat setelah rencana bocor? Dan sejauh mana invisible actor ini melibatkan oknum aparat untuk membersihkan jejak?" ujar Haniva.

Karena itu, lanjut dia, kasus tersebut tidak bisa dibaca sebagai pembunuhan spontan. Indikator kuat menunjukkan keterlibatan insider sebagai pelaksana teknis, invisible actor sebagai pengendali kepentingan, dan adanya transformasi kejahatan dari skema finansial menuju pembunuhan berdarah.

"Jika penyelidikan hanya berhenti pada eksekutor di lapangan, maka jaringan sejatinya tetap utuh," kata dia.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|