REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ekonom Universitas Andalas, Syafruddin Karimi menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai kehilangan tenaga. Ia menyebut, laju ekonomi kuartal III 2025 yang hanya naik 1,43 persen secara triwulanan menunjukkan dorongan yang rapuh di tengah gejolak eksternal dan domestik.
Menurut Syafruddin, ekspor memang meningkat sepanjang Juli hingga September, namun dampaknya terhadap daya beli dan investasi belum kuat. “Fakta ini menegaskan bahwa mesin pertumbuhan bekerja, tetapi tidak pada putaran optimal,” ujarnya dalam pesan singkat kepada wartawan, Rabu (5/11/2025).
Sementara itu, ekonom Bright Institute, Awalil Rizky, menilai angka pertumbuhan 5,04 persen (year on year) yang dirilis BPS melampaui prediksi banyak pihak. Ia menyebut, kenaikan tersebut belum sepenuhnya mencerminkan perbaikan ekonomi riil.
“Sektor industri pengolahan tumbuh tinggi, tapi tidak didukung data lapangan seperti penjualan mobil, motor, semen, dan tekstil yang justru menurun,” katanya.
Menanggapi hal itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan ekonomi nasional masih solid di level lima persen. “Dengan angka 5,04 itu berarti kita bisa menjaga di level 5 persen. Dibandingkan kuartal yang lalu kan jauh lebih baik,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Airlangga mengatakan, pemerintah tetap optimistis mencapai target pertumbuhan rata-rata 5,2 persen tahun ini. “Kita harus tingkatkan lagi ekonomi supaya angka rata-rata 5,2 bisa dicapai. Kita kan menggelontorkan bansos dan nilainya hampir Rp 30 triliun,” katanya.
Pemerintah juga telah menyiapkan stimulus tambahan dan perluasan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memperkuat daya beli masyarakat di kuartal akhir. “On track. Kita optimistis kuartal empat,” ucap Airlangga.

1 hour ago
2














































