Ekonom UKDW Sebut Penurunan BI Rate Berdampak Positif pada Pasar Modal

4 hours ago 6

Ekonom UKDW Sebut Penurunan BI Rate Berdampak Positif pada Pasar Modal Kantor Bank Indonesia. / Bisnis.com

Harianjogja.com, JOGJA— Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 4,75% pada September 2025. Ketua Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Fakultas Bisnis Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Purnawan Hardiyanto mengatakan penurunan suku bunga ini memberikan dampak positif pada pasar modal Indonesia.

Saham-saham perbankan khususnya Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) langsung bergerak naik. Dukungan tambahan dari pemerintah berupa penempatan dana Rp200 triliun di bank Himbara ikut memperkuat optimisme investor.

BACA JUGA: Pemerintah Siapkan Intensif Agar WNI Investasi ke Indonesia

Ia mengatakan beberapa bank besar seperti BRI, BNI, Mandiri, dan BTN, kompak mencatat kenaikan harga saham. Mencerminkan keyakinan pasar bahwa biaya kredit akan turun, penyaluran pinjaman bisa meningkat, dan margin keuntungan perbankan akan lebih.

Tidak hanya perbankan yang menikmati sentimen positif ini, namun sektor lain seperti industri, teknologi, kesehatan, hingga properti ikut naik. Dampaknya dirasakan hampir ke semua sektor.

"Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tembus rekor baru di level 8.025 pada penutupan perdagangan Rabu (17/9/2025)," ucapnya, Jumat (19/9/2025).

Langkah BI menurunkan suku bunga, ditambah kebijakan fiskal dari pemerintah menjadi angin segar bagi pasar modal, sekaligus menumbuhkan optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Menurutnya keputusan BI kembali menurunkan suku bunga menjadi 4,75% menunjukkan keinginan BI untuk memacu pertumbuhan ekonomi agar bisa segera keluar dari perekonomian yang sedang lesu. Penurunan suku bunga diharapkan akan meningkatkan minat investasi masyarakat swasta.

Dia berpandangan guyuran Rp200 triliun dari Sisa Anggaran Lebih (SAL) milik pemerintah yang disimpan BI akan membuat perbankan menurunkan tingkat bunga pinjamannya, karena ada kelebihan dana di bank pemerintah dan turunnya suku bunga acuan BI.

"Permasalahan yang mungkin muncul adalah saat bisnis sedang lesu seperti saat ini, pengusaha banyak yang masih wait and see karena daya beli masyarakat masih lesu," jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan apabila daya serap kredit dari masyarakat masih rendah, maka digelontorkannya dana pemerintah yang disimpan di BI ke bank-bank pemerintah kemungkinan akan mempersulit bank-bank swasta lainnya dalam menyalurkan dana pinjaman kepada masyarakat.

Semakin sengitnya persaingan penyaluran dana pinjaman akan membuat bunga pinjaman bank akan semakin turun lagi. Konsekuensinya bunga simpanan juga akan turun lagi. "Bank-bank sedang mengalami over likuiditas, ini akan menurunkan minat masyarakat untuk menabung di bank," lanjutnya.

Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan keputusan penurunan suku bunga ini sejalan dengan upaya bersama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan menjaga tetap rendahnya prakiraan inflasi 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5% plus minus 1% dan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya.

Ke depan BI akan terus mencermati prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi dalam memanfaatkan ruang penurunan suku bunga BI-Rate dengan mempertimbangkan stabilitas nilai tukar rupiah. Sejalan dengan itu, ekspansi likuiditas moneter dan kebijakan makroprudensial longgar terus diperkuat untuk menurunkan suku bunga, meningkatkan likuiditas, dan mendorong kredit/pembiayaan bagi pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

"Kebijakan sistem pembayaran tetap diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, penguatan struktur industri sistem pembayaran, dan penguatan daya tahan infrastruktur sistem pembayaran." (**) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|