Harianjogja.com, JOGJA—Minat warga Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mengikuti program pelatihan calon pekerja migran tercatat tinggi. Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) DIY membuka kuota 220 peserta untuk pelatihan yang digelar akhir tahun ini, namun hanya dalam hitungan jam seluruh slot langsung penuh.
BACA JUGA: DPRD DIY Dorong Regulasi Provinsi Layak Anak
Kepala BP3MI DIY, Tonny Chriswanto, menjelaskan proses rekrutmen telah dimulai sejak awal pekan ini melalui pendaftaran online. Respon masyarakat di luar perkiraan.
“Dalam waktu sekitar tiga jam, kuota 220 peserta langsung habis, padahal jumlah pendaftar lebih dari 500 orang,” ungkap Tonny saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (19/9/2025).
Pelatihan ini mencakup lima bidang, yaitu bahasa asing (Korea, Jepang, dan Mandarin), caregiver untuk perawatan lansia, serta hospitality yang dibagi menjadi housekeeping dan spa terapis.
Menurut Tonny, pelatihan bahasa Jepang dan Korea menjadi yang paling diminati. Ia menyebut, kedua bidang itu bahkan hanya butuh hitungan menit sejak diumumkan untuk penuh.
Data awal menunjukkan mayoritas pendaftar berasal dari DIY, baik warga asli maupun yang berdomisili di wilayah ini. Tonny menilai fenomena tersebut menepis anggapan bahwa anak muda Jogja kurang berani mencoba bekerja di luar daerah.
“Hampir 80 persen pendaftar adalah orang DIY. Ini menunjukkan ada pergeseran cara pandang generasi muda terhadap dunia kerja,” katanya.
“Jadi kalau dibilang orang DIY itu kurang tangguh dan segala macem, gak mau mencoba apa segala macem, ya ini fenomenanya,” tandasnya.
Seleksi lanjutan akan dilakukan sebelum pelatihan dimulai. BP3MI DIY ingin memastikan peserta benar-benar memiliki niat bekerja di luar negeri, bukan sekadar mencoba atau rutin ikut pelatihan.
“Kami lakukan wawancara agar tahu motivasi mereka. Apakah hanya ikut-ikutan atau memang serius ingin bekerja di luar negeri,” tutur Tonny.
Menurut Tonny, minat yang terus meningkat ini bisa menjadi peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi, kesempatan kerja di luar negeri semakin terbuka lebar. Namun di sisi lain, risiko penempatan ilegal tetap harus diwaspadai. Karena itu BP3MI gencar memberikan edukasi agar masyarakat tidak mudah tergiur tawaran kerja tanpa prosedur resmi.
“Ada dua kelompok rentan, yakni mereka yang sama sekali tidak tahu prosedur dan mereka yang sudah berpengalaman tetapi enggan mengurus administrasi karena dianggap rumit. Fokus kami pada kelompok pertama agar tidak mudah tergiur janji palsu,” tegasnya.
BP3MI DIY juga rutin melakukan sosialisasi dengan pemerintah daerah dan dinas terkait untuk memperluas pemahaman masyarakat. Upaya ini diharapkan bisa menekan potensi kasus pekerja migran ilegal sekaligus memastikan tenaga kerja asal Jogja lebih terlindungi saat bekerja di luar negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News