Bandung, CNBC Indonesia - Indonesia memiliki potensi panas bumi yang sangat besar karena terletak di kawasan Cincin Api Pasifik. Bahkan mencapai sekitar 40% dari total cadangan panas bumi dunia. Panas bumi juga termasuk sumber energi hijau base load atau bisa diandalkan selama 24 jam penuh.
Sehingga tidak heran jika energi panas bumi dinilai dapat menjadi penopang utama untuk mendukung program swasembada energi nasional. Salah satunya lewat Kamojang.
Seperti diketahui, Kamojang menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah panas bumi Indonesia. Sejak dieksplorasi pada 1926, Kamojang konsisten menyuplai energi bersih untuk wilayah Jawa, Madura, dan Bali.
Area Kamojang merupakan area tertua yang dikelola PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. Adapun eksplorasi pertama Pertamina dilakukan tahun 1974 dan beroperasi secara komersial sejak 1983.
Pjs General Manager PGE Hendrik K Sinaga menyebut wilayah Jawa Barat memiliki potensi panas bumi terbesar di Indonesia. Ini meliputi wilayah Kamojang, Darmajat, Salak, dan Patuha.
"Kalau secara total kapasitas itu mungkin 900-1.000 MW yang ter-install. Jika dibandingkan dengan kebutuhan Jawa-Bali, itu memang sangat kecil. Karena memang memang angka bagi panas bumi seribu itu tinggi banget karena tadi aktual kita baru 1300-an," jelas dia di PGE Area Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/11/2025).
Hendrik menjelaskan bahwa saat ini, pembangkit panas bumi belum dapat menggantikan pembangkit listrik batu bara. Menurut dia panas bumi baru mampu berkontribusi terhadap kebutuhan energi nasional.
"Kalimatnya adalah lebih tepat tidak menggantikan, tapi kita juga bisa berkontribusi. Karena nggak mungkin kita akan ngejar dalam waktu singkat. Ada banyak faktor. Ada aspek komersialisasi, ada aspek sejarahnya. Dari 1926 sampai sekarang, baru 1.300. Jadi terlalu ambisius ya kalau kita langsung mengatakan menggantikan dengan panas bumi," terang Hendrik.
Dia mengungkapkan panas bumi belum mampu menggantikan energi fosil sebab kebutuhan energi nasional terus mengalami peningkatan. Untuk itu, pembangkit panas bumi berperan mendukung kebutuhan tersebut.
"Jadi kalau mungkin kita ngomongnya beberapa tahun lalu, bisa diganti. Tapi pemerintah inginnya negara kita maju, bukan negara berkembang terus. Otomatis butuh energi naik," jelas dia.
Meski demikian dia berharap energi panas bumi dapat menggantikan energi fosil. Hal ini mengingat potensi panas bumi di Indonesia terus dieksplorasi oleh oleh beberapa perusahaan pembangkit nasional.
"Hari ini belum, tapi mimpinya ada. Di (gunung) Ijen ada Medco (PT Medco Energi Internasional Tbk). Di Geo Dipa (PT Geo Dipa Energi), ini kawan-kawan sebelah, Geo Dipa lagi ngembangin patuha dua," tutur dia.
Hingga sembilan bulan pertama 2025, PGE menyalurkan listrik sebesar 1.326 GWh melalui PLTP Kamojang. Raihan tersebut meningkat dibandingkan 1.312 GWh pada periode yang sama tahun lalu atau naik 1,1% secara year-on-year/yoy).
Secara terpisah, Direktur Utama PGE, Julfi Hadi mengatakan, berdasarkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, pemerintah jelas mendorong optimalisasi pemanfaatan energi terbarukan, termasuk panas bumi. Oleh sebab itu, melihat potensi yang ada, PGE pun optimis bisa merealisasikan mimpi tersebut.
"Kalau kita menjadi 1 GW company di tahun 2030 mungkin Indonesia sudah bisa menjadi the biggest geothermal country. Terus, 10 tahun dari sekarang, 1.7-1.8 GW company, kira-kira begitu," ujar Julfi.
Saat ini Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Area Kamojang memiliki 5 unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi dengan total kapasitas terpasang 235 MW.
Julfi menjelaskan, pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi bersih harus terus dijalankan. PGE pun berusaha menjalin kolaborasi strategis agar panas bumi dapat menjadi warisan bangsa untuk menuju Indonesia Emas 2045.
Menurut dia, kunci untuk memenuhi target menjadi perusahaan industri panas bumi terbesar pada 2029, yaitu terobosan sebagai Independent Power Producer (IPP). Selain itu diperlukan dukungan dari pemerintah berupa insentif, mengingat sektor ini membutuhkan terobosan teknologi mutakhir dengan nilai investasi tinggi.
"We need to have new technology, seperti modular power plant. Teknologi-teknologi seperti itu meng-cut service facilities yang dari sumur biasanya harus ada pipa lama ke power plant. Ini pipanya hilang, power plant-nya ditaruh di sumur, seperti itu manufacturing di Indonesia," kata dia.
(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Tahun Lagi Kapasitas PLTP PGE Ditargetkan Naik Jadi 1 GW

















































