Ilustrasi Sungai Besole. - Dok/Harian Jogja.
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pemkab Gunungkidul terus berupaya untuk mencegah terjadinya banjir saat musim penghujan. Selain melakukan normalisasi luweng, juga dilaksanakan pengerukan sedimentasi sungai di Kota Wonosari.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul, Rakhmadian Wijayanto mengatakan, bencana hidrometeorologi harus diwaspadai karena salah satunya bisa memicu terjadinya banjir. Oleh karena itu, dilakukan sejumlah upaya pencegahan agar potensi tersebut bisa dicegah.
Menurut dia, dalam program kegiatan yang tertuang dalam APBD Perubahan 2025 ada upaya mengurangi risiko banjir. Antisipasi pertama dilakukan dengan program normalisasi luweng.
BACA JUGA: Pemerintah Klaim 1,2 Juta Ibu Hamil Telah Terjangkau MBG
Tahun ini, ada luweng Gunung Sari di Kalurahan Pacarejo, Semanu yang dinormalisasi dengan anggaran Rp200 juta. Hal yang sama juga dilakukan normalisasi luweng di Bintaos di Kalurahan Sidoharjo, Tepus dengan anggaran Rp60 juta.
“Masih berjalan program normalisasinya. Salah satunya dengan memperlancar aliran ke dalam luweng sehingga tidak menimbulkan genangan air yang menyebabkan banjir,” katanya, Senin (22/9/2025).
Ia menjelaskan, antisipasi banjir tidak hanya dilakukan dengan normalisasi dua luweng di Gunungkidul. Pasalnya, di waktu yang hampir bersamaan juga dilaksanakan program pengerukan sedimentasi di aliran sungai di kawasan perkotaan.
“Sungai yang dikeruk ada di wilayah Wonosari seperti di Gadungsari hingga di Padukuhan Trimulyo, Kepek. Sudah ada pendangkalan sehingga butuh normalisasi dengan pengerukan agar aliran menjadi lancar,” katanya.
Program normalisasi sungai tidak hanya melalui pengerukan sedimentasi bantara, namun juga ada pembuatan talut. Talut dibuat sebagai upaya menjaga aliran tetap lancar sehingga tidak menimbulkan luapan.
“Kita terus berupa untuk mengurangi risiko banjir dengan sejumlah program yang sudah dijalankan. Total anggarannya [untuk normalisasi luweng dan pengerukan sungai] Rp650 juta,” katanya.
Lurah Pacarejo, Semanu, Suhadi mengatakan, di tempatnya ada program normalisasi Luweng Gunung Ringin di Padukuhan Kwangen Lor. Program ini sejalan dengan aspirasi yang disampaikan ke pemkab dalam rangka pencegahan banjir di kawasan tersebut.
“Kami senang karena usulan untuk normalisasi dapat direalisasikan. Teknis dari normalisasi dilakukan dengan dikeruk dan lumbang yang sebelumnya tersumbat bisa lancar sehingga tidak menimbulkan genangan,” katanya.
BACA JUGA: Viral Video Sekda Bali Marahi ASN, Begini Respons Gubernur Koster
Suhadi menjelaskan, keberadaan luweng sangat vital saat musim hujan. Pasalnya, luweng bisa berperan sebagai saluran pembuangan air hujan.
Hingga saat ini, ia mengakui kondisi Luweng Gunung Ringin sudah mulai mampet karena sedimentasi tanah. Fungsi pembuangan pun sudah terganggu karena sering mengakibatkan terjadinya genangan saat hujan dengan intesitas yang tinggi.
“Belum sampai ke rumah warga dampaknya, tapi sudah ada lahan yang tergenang karena mampetnya Luweng Gunung Ringin. Jadi, harus segera dinormalisasi sebagai upaya antisipasi agar tidak terjadi banjir,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News