BPS Ungkap Angka Pengangguran di Indonesia Turun, Ini Penjelasannya

3 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2025 mencapai 7,46 juta orang atau 4,85 persen. Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud, mengatakan angka TPT tersebut turun dari 4,91 persen pada Agustus 2024.

“Angka ini lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” ujar Edy dalam konferensi pers pertumbuhan ekonomi kuartal III 2025 di Kantor BPS, Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Edy menyampaikan andil pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap total pengangguran pada Agustus 2025. Ia mencatat, 0,77 persen dari total pengangguran pada Agustus 2025 merupakan korban PHK.

“Jadi dari total pengangguran sebesar 0,77 persen adalah yang sebelumnya terkena PHK setahun yang lalu. Pengangguran yang terkena PHK paling banyak berasal dari industri pengolahan, pertambangan, dan perdagangan,” ucap Edy.

Edy menegaskan, penurunan tingkat pengangguran terbuka dibandingkan Agustus tahun lalu terjadi pada penduduk laki-laki maupun perempuan, serta di wilayah perkotaan maupun perdesaan. Ia memaparkan, terdapat sebanyak 218,17 juta penduduk yang masuk dalam kategori usia kerja pada Agustus 2025.

“Jumlah tersebut meningkat sebanyak 2,80 juta orang jika dibandingkan dengan kondisi Agustus 2024,” sambung Edy.

Edy memerinci, angka tersebut berasal dari angkatan kerja sebesar 154 juta orang atau bertambah sekitar 1,89 juta orang, dan bukan angkatan kerja mencapai 64,17 juta orang atau bertambah sekitar 0,91 juta orang.

Ia menyampaikan, penduduk yang bekerja terdiri atas pekerja penuh sebanyak 98,65 juta orang atau bertambah sekitar 0,20 juta orang, pekerja paruh waktu sebanyak 36,29 juta orang atau bertambah 1,66 juta orang, dan setengah pengangguran sebanyak 11,60 juta orang atau bertambah 0,04 juta orang.

“Dari sisi lain, angkatan kerja yang tidak terserap pasar kerja menjadi pengangguran yaitu sebesar 7,46 juta orang atau menurun sekitar 4.000 orang dibandingkan Agustus 2024,” ucapnya.

Edy menyampaikan, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Agustus 2025 sebesar 70,59 persen atau lebih rendah dibandingkan Agustus 2024 yang mencapai 70,63 persen. Ia mengatakan, TPAK laki-laki lebih tinggi dari TPAK perempuan yakni 84,40 persen berbanding 56,63 persen.

“Meskipun begitu, TPAK laki-laki menurun, sementara TPAK perempuan meningkat jika dibandingkan Agustus 2024,” lanjut dia.

Edy menyebut, seluruh lapangan usaha mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja pada Agustus 2025, kecuali kegiatan jasa lainnya, pertambangan dan penggalian, aktivitas keuangan dan asuransi, serta real estat. Ia menjelaskan, tiga lapangan usaha yang menyerap tenaga kerja terbanyak pada Agustus 2025 adalah pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan.

“Sementara, tiga lapangan usaha yang mengalami peningkatan tenaga kerja terbanyak dalam satu tahun terakhir ini adalah lapangan usaha pertanian, akomodasi dan makan minum, serta industri pengolahan, masing-masing meningkat sebesar 0,49 juta, 0,42 juta, dan 0,30 juta tenaga kerja,” sambung Edy.

Berdasarkan status pekerjaan, lanjut Edy, sebanyak 146,54 juta penduduk yang bekerja atau sebesar 38,74 persen berstatus sebagai buruh, karyawan, atau pegawai. Dibandingkan setahun sebelumnya, penduduk bekerja berstatus buruh, karyawan, atau pegawai mengalami penambahan terbanyak, yakni sebesar 0,65 juta orang.

Ia juga menyampaikan, 34,75 persen penduduk bekerja berpendidikan SD ke bawah. Sedangkan 13,06 persen lainnya berpendidikan tinggi, yaitu diploma ke atas.

“Pekerja berpendidikan rendah masih mendominasi penduduk yang bekerja di Indonesia. Jika dibandingkan dengan Agustus tahun lalu, persentase pekerja berpendidikan SD ke bawah menurun, sementara pekerja berpendidikan diploma ke atas justru meningkat,” lanjutnya.

Edy menyebut, penurunan tingkat pengangguran berpendidikan SD ke bawah sejalan dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha pertanian dan perdagangan. Ia mengatakan, dua sektor tersebut tidak memiliki syarat tinggi bagi para pencari kerja.

“Kalau pertanian di perdesaan barangkali karena sangat mudah dimasuki, maka itu yang menyebabkan masyarakat kita yang berpendidikan SD dasar mungkin lebih mudah memasuki lapangan usaha seperti itu. Ini barangkali salah satu penyebab kenapa pengangguran di tingkat SD itu semakin kecil,” kata Edy.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|