CEO NVIDIA Jensen Huang.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Nvidia, Jensen Huang, telah mengeluarkan peringatan keras bahwa China "akan memenangkan" perlombaan global untuk mengembangkan kecerdasan buatan (AI) generasi berikutnya. Oleh karena itu, ia mendesak Washington (Amerika Serikat) untuk segera mempercepat upayanya di sektor vital tersebut.
Pimpinan perusahaan raksasa chip AS itu mengatakan kepada Financial Times bahwa subsidi energi besar-besaran yang digelontorkan Beijing tengah mendorong upayanya membangun semikonduktor mutakhir yang digunakan untuk mendukung teknologi AI mereka.
"China akan memenangkan perlombaan AI," kata Huang pada hari Rabu (5/11/2025) di sebuah acara di London, sebagaimana diberitakan Financial Times.
Ia menekankan urgensi bagi AS untuk merespons. "Sangat penting bagi Amerika untuk menang dengan berpacu maju dan memenangkan pengembang di seluruh dunia," ujarnya.
Nvidia, yang berkantor pusat di California, minggu lalu menjadi perusahaan pertama di dunia yang berhasil mencapai nilai pasar $5 triliun. Meskipun kapitalisasi pasarnya telah sedikit surut sejak saat itu menjadi sekitar $4,7 triliun, Nvidia tetap menjadi pemain kunci global.
Saat ini, chip Nvidia kelas atas, yang sangat vital untuk melatih dan memberi daya pada sistem AI generatif, tidak dijual di China. Hal ini terjadi karena adanya masalah keamanan nasional AS dan larangan pemerintah AS terhadap ekspor teknologi sensitif ke China.
Awal pekan ini, Gedung Putih juga menegaskan bahwa pihaknya masih belum berminat mengizinkan Nvidia menjual model chip Blackwell yang canggih di China. AS mengutip risiko memberikan China keuntungan militer sebagai alasan utama pemblokiran tersebut.
Huang sendiri telah berulang kali mengajukan petisi kepada Washington untuk melonggarkan pembatasan ekspor chip Nvidia. Ia berpendapat bahwa kebijakan pembatasan tersebut justru hanya akan membantu China memajukan teknologi AI mereka sendiri secara mandiri.

4 hours ago
2












































