Sultan Deli Sebut Para Penenun Sebagai Penjaga Warisan Budaya Melayu

4 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sultan Deli ke-14, Seripaduka Baginda Tuanku Sultan Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Alam Shah atau Tuanku Aji, menyebut para penenun sebagai penjaga warisan budaya Melayu. Menurutnya, kegiatan bertenun yang masih bertahan hingga kini menunjukkan bahwa masyarakat tanah Deli masih memiliki kecintaan yang tinggi terhadap budaya leluhur.

"Hari ini kita bersyukur karena kegiatan bertenun dan berkain songket masih tetap hidup di tanah Deli. Kami juga mengapresiasi 32 orang peserta kegiatan pembinaan ini. Mereka adalah penjaga warisan budaya Melayu. Dengan tangan-tangan mereka, warisan ini tetap hidup, terjalin dalam benang, warna, dan corak yang menceritakan jati diri bangsa," kata Tuanku Aji di acara pembinaan wastra warna alam Bakti BCA di Istana Maimoon, Medan, Selasa (4/11/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

la mengungkapkan tenun dan songket Melayu merupakan simbol kebesaran dan kemuliaan dalam tradisi kerajaan Melayu. Dahulu, kain berbenang emas ini hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan, namun kini telah menjadi warisan budaya seluruh masyarakat Melayu.

Sultan juga mengajak semua pihak, mulai dari pemerintah daerah, lembaga kebudayaan, dunia usaha, hingga masyarakat luas, untuk memberikan dukungan nyata terhadap keberlanjutan tradisi tenun dan songket Melayu. "Marilah kita jadikan kegiatan ini bukan hanya sebagai seremonial pembinaan, tetapi sebagai awal kebangkitan kembali wastra Melayu di Sumatera Utara. Wastra yang tidak hanya indah dipandang, tetapi juga alami, tidak merusak bumi, serta memberi makna bagi ekonomi kreatif berbasis budaya," kata dia.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F Haryn, mengatakan tenun songket Melayu Sumatra Utara merupakan kain tradisional yang merekam keunikan masyarakat dan kearifan lokal sejak masa lampau. Tenun songket Melayu Sumatra Utara memiliki motif yang terinspirasi dari keindahan alam daerah tersebut.

Motif tenun songket Sumatra Utara tersebut dirajut dalam bentuk geometri indah dengan teknik stilasi yang nyaman dipandang. Banyak orang menyukai tenun songket Melayu Sumatra Utara karena keunikan tersebut.

"Keindahan tenun songket Melayu Sumatra Utara tidak perlu diragukan lagi. Namun, saat ini banyak penenun belum menguasai teknik pewarnaan berbasis warna alam. Padahal, penggunaan warna alam pada tenun songket Melayu Sumatra Utara dapat menambah daya tarik dan nilai jualnya," kata dia.

Oleh karena itu, BCA bersama Perkumpulan Warna Alam Indonesia (Warlami) mendukung upaya pelestarian sekaligus pemberdayaan penenun songket Melayu Sumatra Utara menggunakan warna alam. Program ini bertujuan membantu para penenun menguasai teknik pewarnaan alam, menggunakan material ramah lingkungan, serta menghasilkan produk tenun berkelanjutan.

Pada kesempatan ini, pelatihan melibatkan 32 orang penenun dari lima komunitas asal Kabupaten Deli Serdang dan Batu Bara, Sumatra Utara. Para penenun diharapkan mampu memahami dan mengimplementasikan pembuatan wastra berbasis warna alam pascapelatihan berlangsung.

Pembinaan di Sumatra Utara ini bukan yang pertama bagi BCA dalam hal dukungan terhadap pengembangan tradisi wastra warna alam Indonesia. BCA pernah menggelar program pembinaan serupa kepada sejumlah kelompok penenun dan pegiat wastra di Timor Tengah Selatan dan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT); serta di Baduy, Banten.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|