Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan hari ini, Selasa (4/11/2025).
Melansir data Refinitiv, rupiah Garuda pada pembukaan berada di level Rp16.700/US$ atau melemah sebesar 0,30% dari Greenback. Setelah diperdagangan sebelumnya, Senin (3/11/2025), rupiah juga mengalami pelemahan 0,15% ke level Rp16.650/US$.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) pada pukul 09.00 WIB terpantau masih mengalami penguatan sebesar 0,10% di level 99,973 Indeks dolar AS telah mengalami penguatan dalam empat hari beruntun.
Pergerakan rupiah di perdagangan hari ini diperkirakan masih akan berada di bawah tekanan dari penguatan dolar AS di pasar global. Sejak 29 Oktober 2025, indeks dolar menunjukkan tren menguat seiring pergeseran ekspektasi pasar terhadap arah suku bunga The Federal Reserve (The Fed).
Dolar AS bertahan di dekat level tertinggi dalam tiga bulan pada perdagangan Selasa, setelah pernyataan pejabat-pejabat The Fed yang saling berseberangan memicu pelaku pasar untuk menahan ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Sejumlah pejabat The Fed menilai ekonomi AS masih cukup tangguh di tengah minimnya rilis data akibat penangguhan aktivitas statistik selama shutdown pemerintahan. Meskipun The Fed telah memangkas suku bunga acuan pekan lalu, Ketua Jerome Powell menegaskan bahwa langkah tersebut bisa menjadi pemangkasan terakhir tahun ini.
Indeks dolar yang menguat menandakan investor tengah memburu dolar AS dan meninggalkan instrumen non-dolar, termasuk rupiah.
Dari dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menuturkan bahwa hingga akhir kuartal III-2025, kurs rupiah memang masih mengalami tekanan seiring ketidakpastian global yang masih tinggi.
"Akhir kuartal III-2025 sempat melemah 1,05% dari level Agustus, sejalan dengan ketidakpastian global yang meningkat tinggi," ujar Perry dalam konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin (3/11/2025).
Meski demikian, Perry menegaskan bahwa tren rupiah ke depan masih berpotensi menguat, didorong oleh fundamental ekonomi Indonesia yang solid serta berbagai langkah stabilisasi yang terus dilakukan BI.
(evw/evw)
                    
                                                
    [Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking! Rupiah Perkasa, Dolar AS Turun ke Rp16.640















































