Ilustrasi uang. - Bisnis/ Paulus Tandi Bone
Harianjogja.com, JOGJA—Suntikan dana oleh pemerintah sebesar Rp200 triliun dari Bank Indonesia (BI) ke Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. Ekonom Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Nano Prawoto menjelaskan kebijakan ini adalah kebijakan moneter ekspansif untuk meningkatkan uang beredar.
Sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, sepanjang otoritas moneter bisa terus menjaga inflasi tetap terkendali. Ia menyebut pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi lagi apabila diikuti penurunan suku bunga acuan dari BI.
"Memang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang pengendalian inflasi dapat distabilisasi oleh otoritas moneter," ucapnya, Rabu (24/9/2025).
Menurutnya dana Rp200 triliun ini adalah dana yang selama ini idle capacity di BI, lalu dikucurkan ke sektor produktif di sektor riil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Dia berpandangan mestinya kredit yang disalurkan menyasar UKM sebagai prioritas.
BACA JUGA: 190 Izin Tambang Batu Bara Dibekukan, Ini Daftarnya
Lalu juga ditujukan untuk pemulihan dan penguatan industri strategis seperti industri manufaktur, industri pangan untuk memperkuat ketahanan pangan, hingga industri kesehatan khususnya subtitusi impor. Selain itu penting juga melanjutkan pembangunan infrastruktur dasar untuk ketahanan energi terutama energi terbarukan.
"Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah saya kira Bank Pembangunan Daerah (BPD) harusnya juga mendapat bagian untuk meningkatkan akses modal terutama sektor produksi daerah," ujarnya.
Kemudian untuk investasi jangka panjang yang perlu dipikirkan seperti pendidikan, inovasi dan riset, serta pengembangan ekonomi hijau. Cepat lambatnya dampak dari kucuran dana Rp200 triliun ini dirasakan tergantung pada kecepatan penyaluran ke sektor riil. Misalnya di Semester II 2025 bisa terserap 50% dampaknya sudah sangat luar biasa.
"Sehingga awal 2026 atau Semester I 2026 pertumbuhan ekonomi sudah meningkat jika dibanding dengan semester yang sama tahun sebelumnya," katanya.
Sebelumnya, Sekretaris Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, Y. Sri Susilo mengatakan khususnya di DIY penyaluran kredit perlu didorong ke sektor industri garment yang berorientasi ekspor. Sebab penyerapan tenaga kerja oleh industri cukup banyak, di mana setiap pabrik bisa 2.000-4.000 tenaga kerja dan produknya di ekspor.
Selain ke usaha skala besar, kredit juga perlu digenjot ke usaha sektor kreatif dan UMKM yang bisa menembus pasar ekspor. Misalnya mebel yang berorientasi ekspor. Kemudian sektor-sektor pilihan yang terkait dengan industri pariwisata.
"Misalnya dukungan untuk industri Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE), disamping membangun baru, juga perluasan agar lebih berstandar internasional," kataya.
BACA JUGA: ICS 2025: Berikan Apresiasi Pemenang Custom Terbaik Indonesia
Dia menekankan dana Rp200 triliun yang disalurkan lewat Himbara penyalurannya harus melalui prinsip business as usual. Kelayakan menjadi yang utama dari usaha yang diberikan kredit, melalui kajian.
Lalu disalurkan ke sektor yang produktif dan sektor yang punya perspektif pasar. Artinya dalam jangka pendek, menengah, hingga panjang produknya akan terserap pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News