Ribuan Triliun Dana Perbankan Mengucur ke Perusahaan Perusak Hutan

3 hours ago 4

Ribuan Triliun Dana Perbankan Mengucur ke Perusahaan Perusak Hutan Ilustrasi bank. Freepik

Sektor perbankan tercatat masih terus mengucurkan pembiayaan ke perusahaan-perusahaan yang bertanggung jawab atas alih fungsi hutan atau deforestasi dalam satu dekade terakhir. Total dana yang telah mengalir ke perusahaan-perusahaan ini menembus US$425 miliar atau sekitar Rp7.140 triliun (asumsi kurs Rp16.800 per dolar AS).

Berdasarkan data yang dikompilasi oleh Forests & Finance sejak disepakatinya Perjanjian Paris pada 2015, perbankan global telah mengucurkan sekitar US$72 miliar hanya dalam 18 bulan terakhir kepada industri berisiko tinggi terhadap deforestasi, seperti peternakan sapi, minyak sawit, kedelai, karet, kayu, dan pulp & kertas.

“Ini memperjelas bahwa pembiayaan sektor perbankan tidak sejalan dengan target dari Perjanjian Paris, padahal mereka memiliki kewajiban tersebut,” kata Stephanie Dowlen, salah satu penulis laporan tersebut, dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/11/2025).

Tren pembiayaan tersebut berbanding lurus dengan penurunan luas tutupan hutan tropis dan boreal yang berperan penting dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer.

Menurut Global Forest Watch, kehilangan hutan global mencapai 6,7 juta hektare pada tahun lalu, rekor tertinggi dalam satu dekade. Lebih dari separuhnya disebabkan oleh kebakaran hutan yang diperparah oleh suhu ekstrem. Bank-bank yang tercatat paling banyak menyalurkan dana kepada perusahaan berisiko tinggi terhadap deforestasi sebagian besar berbasis di Brasil, dengan Banco do Brasil SA menempati posisi teratas.

Bank tersebut diketahui telah menyalurkan hampir US$8 miliar kredit ke sektor penyebab deforestasi selama sembilan bulan pertama tahun ini. Dalam pernyataannya, Banco do Brasil menyebut bahwa pihaknya berkomitmen terhadap “proses berkelanjutan dan ketat dalam menginternalisasi praktik yang memperkuat posisi bank terhadap keberlanjutan, khususnya pada pembiayaan pedesaan.”

Bank itu juga mengklaim bahwa proses analisis kreditnya berhasil menghindari penyaluran dana sebesar 12,8 miliar real Brasil (US$2,4 miliar) ke proyek-proyek yang tidak sesuai dengan pedoman sosial dan lingkungan mereka.

Selain perbankan, manajer aset global juga tercatat meningkatkan kepemilikan saham di perusahaan komoditas berisiko deforestasi. Menurut laporan tersebut, selama satu dekade terakhir nilai investasi mereka melonjak sebesar US$7,8 miliar, sehingga total kepemilikan mencapai US$33 miliar hingga akhir September 2025.

Industri pulp dan kertas menjadi penerima investasi terbesar, disusul oleh sektor minyak sawit. Sepanjang tahun ini, investasi saham di perusahaan yang terhubung dengan deforestasi meningkat di antara manajer aset besar seperti BlackRock Inc., Vanguard Group Inc., dan State Street Corp.

Ketiganya dikenal sebagai pengelola dana indeks terbesar di dunia, sehingga secara otomatis berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang tercakup dalam indeks acuan pasar. BlackRock dan State Street menolak memberikan komentar, sementara Vanguard belum merespons permintaan tanggapan.

Forests & Finance, yang merupakan bagian dari koalisi organisasi kampanye dan riset termasuk Rainforest Action Network dan Amazon Watch, menyerukan agar pemerintah memberlakukan regulasi keuangan yang melarang lembaga keuangan memperoleh keuntungan dari deforestasi dan pelanggaran hak asasi manusia.

“Yang dibutuhkan sekarang adalah peran nyata pemerintah untuk menegakkan aturan bagi sektor keuangan, karena insentifnya harus diubah. Saat ini, keuntungan dari deforestasi masih terlalu besar untuk diabaikan,” tegas Dowlen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara dan JIBI

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|