Penyerapan Gula Bantu Nasib Petani, Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Diharapkan Berlanjut

2 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Industri gula nasional menunjukkan dinamika yang menarik sepanjang musim giling 2025. Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Sunardi Edy Sukamto, melaporkan bahwa proses giling tebu yang dimulai sejak Mei 2025 secara nasional hingga kini masih berlangsung. Kemudian, hasil produksi berupa gula kristal putih (GKP) dan tetes tahun ini Stok GKP milik petani masih menumpuk.

Walau produksi meningkat dan sudah mendekati target swasembada gula konsumsi, ia menyebut penyerapan pasar masih lemah. Kondisi ini, menurut dia, dipicu oleh adanya rembesan gula rafinasi yang langsung di jual ke pasar konsumsi, sehingga gula hasil giling petani sulit terserap.

Ia mengatakan, hampir setiap lelang gula petani sepi penawaran, mengakibatkan ketidakpastian harga dan pendapatan. Namum, saat ini Edy menyebut sejumlah langkah strategis telah dilakukan dengan dukungan pemerintah dan swasta, antara lain PT. SGN yang turut serta melakukan penyerapan pada petani.

Selain itu, pemerintah melalui Danantara telah menggelontarkan anggaran sebesar Rp1,5 triliun, dengan alokasi Rp900 miliar untuk gula petani di bawah PT SGN (62.141 ton), sampai dengan saat ini sudah terealisasi 21.500 ton.

PT. PIR (GULAVIT) melakukan penyerapan gula petani secara konsisten, sebagaimana yang dilakukan seperti tahun-tahun sebelumnya. Lalu, para pedagang yang turut melakukan penyerapan melalui lelang rutin di Jawa Timur.

"Atas penyerapan gula petani yang telah dilakukan sebagaimana tersebut di atas, Petani melalui APTRI menyampaikan apresiasi yang sebesar-besarnya," ujar dia.

Edy Sukamto menyampaikan, agar pemerintah serius mengawal hilirisasi gula dan tetes sebagai bagian vital program percepatan swasembada gula nasional.

Edy mengatakan, tantangan lainnya yang dihadapi oleh petani adalah terkait harga tetes. Ia menjelaskan, dampak dari pembebasan bea masuk impor molases membuat harga tetes jatuh dari Rp2.700–3.000/kg pada 2024, kini hanya Rp900–1.200/kg. Kondisi ini menekan pendapatan petani secara signifikan.

APTRI sangat mengharapkan industri pergulaan nasional menjadi lebih baik.

Ia berharap persoalan yang saat ini memberatkan para petani tidak lagi terjadi. Edy mengatakan, apabila ada kepastian yang memihak mereka, maka ia meyakini para petani akan semakim bergairah menanam tebu di musim berikutnya.

“Sekali lagi, kami (APTRI) mengucapkan apresiasi dan terima kasih pada pihak yang telah melakukan penyerapan gula petani, khususnya pada pemerintah melalui Danantara, PT SGN, Gulavit dan pedagang yang berada di Jawa Timur, sehingga kontribusi ini bisa terus membantu keberlangsungan bersama,” kata Edy Sukamto.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|