Pegawai Starbucks Mogok Massal, Operasi Terancam Lumpuh

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Barista Starbucks yang berserikat di Amerika Serikat (AS) memberikan suara untuk mengesahkan pemogokan terbuka menjelang musim liburan, yang merupakan periode high-traffic Starbucks. Ancaman ini menjadi pukulan telak bagi raksasa kopi tersebut di tengah upaya pemulihan penjualan yang lesu.

Serikat pekerja Starbucks Workers United mengumumkan pada Rabu bahwa para pekerja siap mogok jika kontrak yang adil tidak tercapai pada 13 November. Tanggal tersebut dikenal sebagai "Red Cup Day," salah satu hari tersibuk Starbucks dalam setahun. Aksi mogok ini berpotensi terjadi di lebih dari 25 kota dan dapat meningkat jika tidak ada kemajuan dalam perundingan.

Kedua belah pihak saling menyalahkan atas terhentinya pembicaraan kontrak akhir tahun lalu, namun sama-sama menyatakan siap untuk kembali berdiskusi.

Serikat pekerja, yang mewakili sekitar 9.500 pekerja atau 4% dari total tenaga kerja Starbucks di kafe, telah terlibat dalam pembicaraan dengan perusahaan sejak tahun lalu. Pada bulan Oktober, mereka menyatakan akan melakukan pemungutan suara untuk mogok di sekitar 60 kota.

Starbucks Workers United menuntut kontrak yang mencerminkan "peningkatan staf, gaji yang lebih baik, dan perlindungan di tempat kerja." Tuntutan ini muncul di tengah konflik yang memanas, di mana serikat telah mengajukan lebih dari 1.000 tuntutan terhadap perusahaan ke Badan Hubungan Perburuhan Nasional (NLRB) atas dugaan praktik perburuhan yang tidak adil.

Michelle Eisen, juru bicara serikat yang meninggalkan Starbucks setelah 15 tahun bekerja, mengeluarkan pernyataan tegas.

"Jika Starbucks terus stonewalling (menghalangi), mereka harus bersiap melihat bisnis mereka terhenti total. Bola ada di tangan Starbucks," kata Eisen, dikutip Reuters, Kamis (6/11/2025).

Menanggapi ancaman mogok, Starbucks bersikeras bahwa mereka telah menawarkan kondisi kerja yang terbaik di industri ritel.

"Setiap perjanjian perlu mencerminkan realitas bahwa Starbucks sudah menawarkan pekerjaan terbaik di ritel," kata Starbucks dalam sebuah pernyataan, menyoroti paket tunjangan yang mencakup asuransi kesehatan, cuti orang tua, dan biaya kuliah online di Arizona State University bagi karyawan yang bekerja minimal 20 jam per minggu.

Bukan Kali Pertama

Pada bulan April, delegasi serikat pekerja menolak proposal kontrak dari Starbucks yang menjamin kenaikan gaji tahunan minimal 2%. Serikat mengatakan proposal tersebut tidak menawarkan perubahan pada manfaat ekonomi seperti tunjangan kesehatan atau kenaikan gaji langsung.

Para pemegang saham Starbucks, termasuk Comptroller Kota New York, bahkan telah menulis surat kepada perusahaan pada bulan Oktober, mendesak manajemen untuk melanjutkan pembicaraan dengan serikat pekerja.

Di sisi perusahaan, Starbucks menghadapi tekanan finansial setelah mencatat penurunan penjualan selama enam kuartal sebelum 29 Oktober, dan hanya melaporkan pertumbuhan penjualan same-store 0% untuk toko di Amerika Utara dan 1% secara global. CEO Brian Niccol sedang berupaya merombak operasi toko di AS untuk merebut kembali pelanggan.

Sebagai bagian dari upaya turnaround tersebut, Starbucks pada bulan September menutup lebih dari 600 toko, termasuk toko serikat unggulan di Seattle, dan mengurangi jumlah karyawan korporatnya.


(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Daftar Keinginan Buruh dari Pidato Nota Keuangan-RAPBN 2026 Prabowo

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|