Kolaborasi UII Inisiasi Gerakan Tiga Pilar Sehat di Kalurahan Kotabaru Yogyakarta

1 hour ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gerakan Tiga Pilar Sehat kini mewarnai Kalurahan Kotabaru, Kota Yogyakarta. Program ini memadukan peran Lansia Tangguh (LANTANG), perilaku sanitasi bersih melalui Peduli Sanitasi Atasi Stunting (PESAN PENTING), serta pengelolaan sampah berkelanjutan dengan Bersama Atasi Sampah (BETAH).

Lahir dari kolaborasi Universitas Islam Indonesia (UII), mahasiswa, tim pengabdi, dan masyarakat, program ini mendapat dukungan pendanaan dari Kemendiktisaintek Berdampak serta difasilitasi oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) UII. Tak kalah penting, gerakan ini juga disinergikan dengan program unggulan Pemerintah Kota Yogyakarta, MAS JOS (Masyarakat Jogja Olah Sampah). Dengan pendekatan multi pihak ini, Kotabaru bergerak menuju Kampung Keluarga Berkualitas (KKB) sekaligus menjadi model kampung sehat berkelanjutan di perkotaan.

Yogyakarta, Provinsi Lansia dengan Potensi Sosial Tinggi

Data Badan Pusat Statistik (2024) menunjukkan 16 persen penduduk Yogyakarta adalah lansia, tertinggi di Indonesia, dengan angka harapan hidup mencapai 73,6 tahun (laki-laki) dan 77,4 tahun (perempuan). Fakta ini membuktikan bahwa lansia bukan sekadar kelompok rentan, melainkan aset sosial potensial. Kotabaru menangkap peluang ini dengan menjadikan lansia sebagai motor penggerak melalui program LANTANG (Lansia Tangguh). Lansia diajak aktif menjadi teladan sehat, edukator sebaya, dan penggerak sosial di lingkungannya.

Tiga Pilar Sehat: Integrasi Kesehatan dan Lingkungan

LANTANG (Lansia Tangguh)

Memberdayakan lansia sebagai teladan, pendidik sebaya, dan penggerak perubahan sosial. Mereka mengajarkan cucu dan tetangga soal perilaku sehat, mengelola sampah menjadi produk unggulan, menjaga lingkungan, hingga aktif mengelola tanaman obat keluarga.

PESAN PENTING (Peduli Sanitasi Atasi Stunting)

Fokus pada perilaku cuci tangan pakai sabun, penggunaan jamban sehat, serta edukasi gizi untuk mencegah stunting. Masyarakat juga diperkenalkan pada MP-ASI berbasis produk lokal yang bergizi sekaligus mendukung ekonomi keluarga.

BETAH (Bersama Atasi Sampah)

Mengembangkan bank sampah keluarga dan RT, memanfaatkan maggot kering, memproduksi eco-enzym (sabun, hand sanitizer), serta mendaur ulang sampah plastik menjadi ecobrick sofa dan bantal ecobrik. Limbah kini bernilai ekonomis dan mendukung ekonomi sirkular.

Dukungan Pemimpin Lokal dan Program MAS JOS

Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Lurah Kotabaru, Urai Herman, dan Kepala Kampung Diantoro Riyadi. Keduanya menekankan pentingnya kolaborasi warga dengan perguruan tinggi. Program ini juga terintegrasi dengan MAS JOS, kebijakan unggulan Pemkot Yogyakarta yang menekankan pengurangan timbulan sampah, pemilahan sejak rumah tangga, dan ekosistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Dengan sinergi tersebut, upaya lokal Kotabaru mendukung visi kota: Jogja Sehat, Tertib, dan Sejahtera.

UII dan Mahasiswa: Kampus Turun ke Masyarakat

UII melalui DPPM hadir sebagai mitra strategis. Para dosen memberikan pendampingan berbasis riset, sementara mahasiswa menjadi agen muda yang terjun langsung ke masyarakat. Mereka mendampingi warga dalam edukasi kesehatan, pelatihan pengolahan sampah, serta penguatan kapasitas lansia lewat sekolah lansia komunitas. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa kampus dapat berperan nyata, tidak hanya di ruang kelas, melainkan juga di tengah masyarakat. Mahasiswa mendapat pengalaman hidup, sementara warga memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru.

Keunikan program ini adalah keberanian menempatkan lansia sebagai aktor utama. Mereka bukan sekadar penerima manfaat, tetapi pelaku langsung: menanam, mengolah sampah, hingga mengedukasi generasi muda.

“Lansia adalah guru kehidupan. Dengan pengalaman panjang, mereka bisa menjadi teladan dalam menjaga lingkungan dan kesehatan keluarga,” ujar Dian, tokoh masyarakat Kotabaru dan kepala kampung di Kotabaru.Pendekatan ini membuktikan bahwa lansia mampu menjadi lokomotif perubahan sosial, memperkuat ketahanan keluarga, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Keberhasilan program ini juga ditopang oleh dukungan Kemendiktisaintek Berdampak yang memberikan hibah pengabdian Masyarakat berbasis mahasiswa. Dana ini digunakan untuk pelatihan, produksi eco-enzym, pendampingan pemilahan sampah, penghitungan jumlah sampah keluarga, budidaya magot sampai pada pengeringan magot menjadi suatu produk yang bisa bernilai ekonomi.UII melalui DPPM memastikan keberlanjutan program lewat monitoring dan pendampingan. Mahasiswa dan tim pengabdi menjadi ujung tombak implementasi, menjadikan program ini lebih dari sekadar proyek jangka pendek, melainkan model pembangunan berkelanjutan.

Hasilnya mulai terlihat. Lansia semakin aktif, anak-anak teredukasi, keluarga lebih peduli pada gizi dan sanitasi, serta sampah rumah tangga kini bernilai ekonomi. Kotabaru menunjukkan bahwa kampung perkotaan pun bisa menjadi contoh hidup praktik pembangunan berkelanjutan. Model kolaborasi ini berpotensi direplikasi di kampung-kampung lain di Yogyakarta, bahkan di luar provinsi. Dengan dukungan kebijakan kota melalui MAS JOS serta keterlibatan perguruan tinggi, Kotabaru memberikan inspirasi bahwa perubahan besar dimulai dari komunitas kecil.

Kotabaru bergerak bukan hanya slogan, melainkan gerakan nyata. Dengan dukungan pemerintah kota, Kemendiktisaintek Berdampak, DPPM UII, mahasiswa, team pengabdi dan semangat warga, terutama lansia, lahirlah sebuah ekosistem sehat, bersih, dan berdaya.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|