Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Selandia Baru kembali melemah dengan penurunan tajam melebihi perkiraan pada kuartal-II (Q2) 2025. Kondisi ini memicu spekulasi pasar bahwa bank sentral akan mempercepat dan memperdalam pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan.
Berdasarkan data resmi yang dirilis Kamis (18/9/2025), produk domestik bruto (PDB) Selandia Baru turun 0,9% secara kuartalan, jauh di atas proyeksi turun 0,3% dari analis maupun Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ). Secara tahunan, PDB menyusut 0,6% padahal pasar memperkirakan stagnasi.
Akibat data ini, dolar Selandia Baru langsung melemah 0,5% ke posisi US$0,5932 sementara imbal hasil swap dua tahun jatuh ke level terendah sejak awal 2022. Pasar kini memperkirakan penurunan suku bunga acuan (OCR) sebesar 58 basis poin (bps) pada Oktober, bahkan ada peluang 20% pemangkasan mencapai 50 bps sekaligus.
"Hasil PDB yang lebih lemah dari perkiraan niscaya akan mendorong RBNZ dalam niatnya untuk memangkas OCR lebih lanjut tahun ini," ujar Ekonom Senior Westpac, Michael Gordon, memproyeksikan RBNZ memangkas suku bunga 50 bps pada Oktober dan 25 bps lagi pada November, dimuat Reuters.
Pelemahan ekonomi terjadi hampir di seluruh sektor. Konstruksi terus turun dan manufaktur terpukul pelemahan ekspor.
Sementara jasa tertahan karena pariwisata belum pulih. Kondisi diperparah oleh kebijakan tarif impor AS sebesar 15% terhadap sejumlah produk Selandia Baru sejak April lalu.
Menteri Keuangan Nicola Willis mengakui gejolak global menahan belanja rumah tangga maupun investasi korporasi. "Ketidakpastian tarif jelas berdampak pada keinginan perusahaan dan rumah tangga untuk mengambil keputusan investasi," katanya.
Meski begitu, beberapa indikator awal menunjukkan perbaikan pada kuartal III. Indeks manufaktur, jasa, hingga belanja konsumen melalui kartu kredit mulai mencatat kenaikan.
Ekonom Senior ANZ, Matthew Galt, menilai pertumbuhan kemungkinan kembali positif pada kuartal III, meskipun terbatas. "Tanda-tanda pemulihan ada, namun jika data ke depan tetap lemah, pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin sangat mungkin terjadi," tegasnya.
(tfa/șef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article
Industri Maritim Tulang Punggung Ekonomi, Indonesia Bisa Jadi Raja