Bos Pengusaha Ritel Ungkap Warga RI Lagi Tahan Belanja, Harus Gimana?

2 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Saat ini banyak masyarakat yang cenderung menahan belanja, meskipun sebagian dari mereka sebenarnya masih memiliki daya beli. Hal ini turut memengaruhi performa sektor ritel modern dalam beberapa waktu terakhir.

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah menyebut situasi ini disebabkan oleh berbagai faktor musiman, seperti berakhirnya masa liburan sekolah dan meningkatnya pengeluaran saat anak-anak kembali masuk sekolah.

"Memang sekarang bulan-bulan ini sampai bulan 11 (November) itu rawannya untuk sepi. Karena belum ada event, habis selesai acara liburan sekolah, masuk sekolah, banyak pengeluaran. Ini memang sudah diprediksi kalau akan turun," kata Budihardjo kepada CNBC Indonesia, Kamis (18/9/2025).

Sebagian masyarakat sebenarnya masih memiliki kemampuan finansial, hanya saja perlu stimulus agar kembali berbelanja di dalam negeri.

"Upaya yang bisa dilakukan dengan mendorong masyarakat belanja di Indonesia. Jadi sebenarnya kalangan tertentu punya uang tapi tinggal didorong untuk spending disini," ujarnya.

Salah satu strategi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan insentif menarik seperti potongan harga dan program promosi. Selain itu, ia juga mendorong agar Indonesia lebih aktif menarik wisatawan mancanegara untuk turut berbelanja.

"Caranya bisa lewat diskon-diskon atau promo yang menggairahkan orang untuk belanja. Ditambah kita juga perlu pikirkan untuk menarik turis agar mau belanja di Indonesia," sebut Budihardjo.

Ia mengakui, saat ini sektor ritel masih dalam proses pemulihan, terutama pascakerusuhan yang sempat terjadi. Namun, ia optimistis tren akan mulai membaik menjelang akhir tahun.

Sektor ritel memang kerap mengandalkan momentum akhir tahun, seperti Natal dan Tahun Baru, untuk meningkatkan penjualan. Dengan adanya dorongan dari promosi dan potensi kedatangan turis, pelaku usaha berharap masyarakat kembali percaya diri untuk membelanjakan uangnya di dalam negeri.

"Dan kami berupaya untuk menaikkan di bulan depan, apalagi sejak ada kerusuhan. Ini memang bulan 9 sampai 10 (September-Oktober) ini proses perbaikan. Kami mencari proses mengembalikan, nanti bulan 11-12 (November-Desember) semoga-semoga naik. Kita mau bulan 12, natal-natal tahun baru bisa naik," ujar Budihardjo.


(dce)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Bisnis Mal Lagi Sulit, Bos Pengusaha Ungkap Kebiasaan Belanja Orang RI

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|