Temuan Studi: Simpanse Liar Mengonsumsi Setara 1 Pint Bir Sehari

9 hours ago 4

Aleksey Maro/UC BerkeleyAleksey Maro/UC Berkeley

Simpanse mengonsumsi setara dengan setidaknya satu minuman beralkohol 1 pint per hari saat mereka memakan buah matang yang berfermentasi, menurut sebuah studi yang dirilis Rabu lalu yang membahas salah satu kemungkinan alasan mengapa manusia tertarik pada minuman beralkohol.

Studi yang dilakukan di alam liar Afrika tempat hewan-hewan ini hidup, mendukung teori bahwa manusia mungkin mewarisi selera terhadap alkohol dan kemampuan untuk memetabolismenya dari primata meskipun alkohol beracun bagi kita.

Para peneliti mengumpulkan buah-buahan yang dimakan simpanse dan mengukur kandungan etanolnya, yang dihasilkan dari fermentasi gula. Mereka menyimpulkan bahwa sepupu evolusi kita ini mengonsumsi alkohol setiap hari.

Dan tidak hanya sedikit. Melalui banyaknya buah yang dimakan simpanse, para peneliti memperkirakan hewan-hewan tersebut mengonsumsi sekitar 14 gram (setengah ons) alkohol per hari.

Dengan koreksi ukuran tubuh, simpanse seolah-olah minum satu pint bir per hari, ujar Aleksey Maro, penulis utama studi yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances, kepada AFP.

"Ini bukan jumlah alkohol yang sedikit, tetapi sangat encer dan lebih berkaitan dengan makanan," kata kandidat PhD di University of California, Berkeley tersebut.

Teori 'monyet mabuk'

"Untuk pertama kalinya, kami melihat bahwa kerabat terdekat kita yang masih hidup memang mengonsumsi alkohol dalam dosis yang relevan secara fisiologis secara rutin setiap hari," kata Maro.

Hal ini sejalan dengan "teori monyet mabuk" yang dianut lebih dari satu dekade lalu oleh ahli biologi AS Robert Dudley, yang turut menulis studi baru ini.

Menurut teori tersebut, kesukaan manusia terhadap alkohol dan kemampuan untuk memetabolismenya berasal dari nenek moyang primata kita yang mengonsumsinya setiap hari melalui buah yang mereka makan.

"Hipotesis monyet mabuk semakin menjadi kenyataan," kata Maro. "Namanya kurang beruntung. Nama yang lebih tepat adalah mabuk evolusi."

Teori ini awalnya ditanggapi skeptis oleh para ahli. Namun, teori ini semakin populer dalam beberapa tahun terakhir karena penelitian menunjukkan bahwa beberapa primata memakan buah yang difermentasi dan, jika diberi pilihan nektar dengan kadar alkohol yang bervariasi, mereka lebih menyukai yang paling beralkohol.

Nathaniel Dominy, seorang profesor antropologi dan biologi evolusi di Dartmouth College yang tidak berpartisipasi dalam penelitian ini, menyambutnya dengan antusias.

"Makalah ini merupakan sebuah karya yang luar biasa," ujarnya kepada AFP.

Dominy juga mengatakan bahwa penelitian ini "menutup perdebatan tentang prevalensi etanol dalam buah-buahan tropis."

Namun, ia menambahkan bahwa penelitian ini menimbulkan pertanyaan baru tentang konsekuensi biologis dan perilaku paparan etanol tingkat rendah kronis pada primata nonmanusia.

Pertanyaan lain yang belum terjawab adalah apakah simpanse secara aktif mencari buah yang mengandung alkohol atau langsung memakannya saat menemukannya. Para peneliti dalam penelitian ini mengatakan mereka tidak mengetahuinya.

Menurut Maro, isu simpanse yang mengonsumsi alkohol akan terus diteliti untuk mempelajari lebih lanjut tentang asal-usul konsumsi alkohol manusia dan menilai risiko serta kemungkinan manfaatnya.

"Kita dapat belajar tentang diri kita sendiri melalui simpanse," ujarnya.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|