Sudan Berada di Tubir Perang Lebih Parah atau Disintegrasi Bangsa

3 hours ago 4

Foto yang dirilis oleh Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) ini menunjukkan keluarga-keluarga pengungsi dari el-Fasher di kamp pengungsian tempat mereka mencari perlindungan dari pertempuran antara pasukan pemerintah dan RSF, di Tawila, wilayah Darfur, Sudan, Jumat, 31 Oktober 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, KHARTOUM— Penaklukan Kota El Fasher, ibu kota Darfur Utara, oleh Pasukan Dukungan CEPAT/RSF) pada 26 Oktober lalu merupakan titik balik baru dalam perang Sudan yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun.

Hal ini karena dapat membuka jalan bagi munculnya kekuasaan Sudan yang mirip dengan kekuasaan Haftar di timur dan selatan Libya.

Mengenai alasan kegagalan tentara Sudan dalam menguasai El Fasher, jatuhnya kota tersebut ke tangan RSF, dan dampak yang dapat mengubah komposisi demografis di wilayah tersebut, Pusat Studi Aljazeera menerbitkan penilaian situasi berjudul Tahawwul El Fasher, Al-Sudan Bain al-Taqsim wa al-Tash’id (Perubahan El Fasher... Sudan antara pemisahan dan eskalasi”.

Mengapa El Fasher jatuh ke tangan RSF?

Studi tersebut menunjukkan bahwa penguasaan tentara Sudan atas ibu kota Khartoum dan pembebasannya dari RSF adalah salah satu hal yang berkontribusi pada pengusiran mereka dari kota El Fasher, karena pemerintah berfokus pada tiga kota utama.

Ketiga kota utama tersebut yaitu Khartoum sebagai simbol kedaulatan, Port Sudan sebagai pintu gerbang perdagangan negara yang mengendalikan 90 persen perdagangan luar negeri, dan Gedaref yang dianggap sebagai lumbung pangan.

Daerah-daerah ini merupakan daerah strategis, sehingga pemerintah mengerahkan sebagian besar pasukan militer untuk melindunginya dari RSF dan mendirikan pangkalan udara baru di Port Sudan, sehingga hanya tersisa sedikit pasukan untuk mempertahankan wilayah Darfur.

RSF memanfaatkan kesibukan tentara Sudan di tiga kota tersebut, sehingga memusatkan operasinya di bagian paling barat wilayah Darfur, terutama ibu kota El Fasher.

Kota ini merupakan basis tradisional RSF, terutama karena Hamidti berasal dari Darfur dan memiliki basis suku yang kuat di sana.

Dia juga memiliki jalur pasokan dan penarikan pasukannya di negara-negara tetangga wilayah tersebut, seperti wilayah selatan Libya yang dikuasai pensiunan jenderal Khalifa Haftar.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|