Eks Penyidik KPK: Penyelidikan Whoosh tak Perlu Diistimewakan

14 hours ago 2

Pemudik berjalan menuju gerbong kereta cepat WHOOSH di Stasiun Kereta Cepat Halim, Jakarta, Jumat (28/3/2025). H-3 Lebaran KCIC mencatat adanya peningkatan jumlah penumpang di seluruh stasiun Whoosh. Diprediksi jumlah penumpang hari ini mencapai 18 hingga 20 ribu. Angka tersebut meningkat jika dibandingkan hari kemarin yang berkisar di 16 ribu penumpang per hari. Selain itu, KCIC memproyeksikan jumlah penumpang Whoosh selama angkutan Lebaran akan meningkat hingga 30%, mencapai hingga 24 ribu penumpang per hari. Dalam periode mudik kali ini KCIC telah menambah jumlah perjalanan Kereta sebanyak 62 jadwal dengan headway setiap 30 menit. Jumlahnya meningkat 20% dibandingkan angkutan lebaran 2024 dimana KCIC mengoperasikan sebanyak 52 perjalanan Whoosh per hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Praswad Nugraha angkat bicara soal penyelidikan dugaan korupsi proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh oleh KPK. Praswad memandang KPK tak perlu memberi porsi penyelidikan berlebihan.

"Kasus ini sebetulnya bukanlah kasus yang istimewa apabila dilihat dari kacamata modus operandi dari tindak pidana yang dilakukan," kata Praswad kepada Republika, Ahad (2/11/2025).

Tidak ada kode iklan yang tersedia.

Praswad menjelaskan indikasi dari kasus Whoosh mensyaratkan adanya mark up. Tindakan semacam itu menurutnya merupakan salah satu modus biasa dalam proses pengadaan barang dan jasa.

"KPK hanya perlu untuk mendalami siapa saja yang menyetujui nilai dari pengadaan yang dilakukan sehingga menyebabkan negara harus membayar lebih," ujar Praswad.

Praswad menyebut penyelidikan dapat dilakukan dengan melihat peran dari masing-masing pihak pada saat proses pengadaan tersebut berlangsung secara formil. Kemudian KPK bisa menggali siapa yang memerintahkan proses tersebut dilakukan.

"Artinya tidak dibutuhkan kemampuan yang sangat luar biasa dalam pengungkapan kasus ini apabila dilakukan secara independen," ucap Praswad.

Oleh karena itu, Praswad meyakini penyelidikan Whoosh sebenarnya tak terkendala kalau lembaga antirasuah dapat bekerja tanpa tekanan.

"Saya percaya bahwa penyelidik dan penyidik KPK dapat menyelesaikan kasus ini secara optimal ketika proses penegakan hukumnya dapat dilakukan secara independen," ujar Praswad.

Diketahui, KPK mengakui dugaan korupsi proyek kereta cepat Whoosh sudah masuk dalam penyelidikan. Tetapi, KPK enggan merinci sudah sejauh mana proses penyelidikannya.

KPK mengklaim penyelidikan ini sudah dilakukan sejak awal 2025. Dengan begitu, KPK mensinyalkan penyelidikan dilakukan sebelum viral dugaan mark up itu.

Sebelumnya, Cawapres yang gagal terpilih di Pilpres 2024, Mahfud MD menyentil dugaan mark up proyek Whoosh dalam akun YouTube Mahfud MD Official. Mahfud mengendus adanya selisih antara biaya pembangunan versi Indonesia dan versi China.

Mahfud menyebut kalkulasi versi Indonesia di angka sekitar US$52 juta per kilometer. Padahal dari hitungan pihak China hanya sekitar US$17–18 juta per kilometer. Oleh karena itu Mahfud mencurigai kenaikan tiga kali lipat dari biaya yang mestinya dikucurkan.

Mahfud mengatakan kalau KPK berniat menyelidiki soal Whoosh, KPK tak usah menunggu laporan darinya. Menurut Mahfud, KPK cukup memanggilnya untuk dimintai keterangan. 

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|