REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penelitian terbaru mengungkap satu kali sesi latihan angkat beban dapat membantu melawan kanker payudara. Peneliti dari Edith Cowan University (ECU), Australia, meneliti bagaimana resistance training (latihan beban) dan high-intensity interval training (HIIT) memengaruhi sel kanker.
Salah satu manfaat utama dari olahraga adalah meningkatkan produksi myokines, protein yang dihasilkan otot dan dapat menekan pertumbuhan kanker hingga 20–30 persen, menurut siaran pers penelitian ini.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Springer Nature tersebut melibatkan 32 penyintas kanker payudara yang secara acak dibagi untuk menjalani satu sesi resistance training atau HIIT. Sampel darah mereka dikumpulkan sebelum dan sesudah latihan untuk diukur pertumbuhan selnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik resistance training maupun HIIT mampu meningkatkan kadar myokines anti-kanker dan secara signifikan menekan pertumbuhan sel kanker pada para penyintas. “Hal ini menyoroti pentingnya olahraga sebagai bentuk terapi dengan efek anti-kanker yang menjanjikan,” tulis peneliti dalam kesimpulan, dikutip dari Fox News, Selasa (23/9/2025).
Rob Newton, PhD, profesor kedokteran olahraga di ECU sekaligus penulis studi, mengatakan setiap sesi olahraga bagi penderita maupun penyintas kanker bekerja seperti dosis obat penekan kanker yang diproduksi tubuh sendiri. “Ini memperkuat pentingnya olahraga sebagai bagian dari perawatan kanker, dengan intensitas sebagai faktor krusial,” ujarnya.
Newton mengaku terkejut karena hasil penelitian menunjukkan baik resistance training maupun HIIT sama-sama menekan pertumbuhan sel kanker dengan tingkat yang hampir sama, meski melalui peningkatan jenis myokines yang berbeda. Menurutnya, hal ini mengindikasikan ada banyak jalur biologis yang membuat olahraga efektif melawan kanker.
Meski demikian, Newton mengingatkan adanya keterbatasan studi, seperti penggunaan sel kanker di laboratorium dan bukan sel imun yang juga berperan penting dalam kontrol kanker.
Berdasarkan temuan awal ini, Newton mendorong pasien kanker untuk berolahraga hampir setiap hari agar tubuh terus mendapat “dosis” molekul penekan kanker. Ia juga menekankan pentingnya menjaga massa otot dengan olahraga dan nutrisi, karena otot berperan sebagai “apotek internal” yang menghasilkan zat anti-kanker alami.
Sementara itu, Francesco Bettariga, kandidat doktor ECU yang terlibat dalam studi ini, menegaskan bahwa olahraga kini muncul sebagai bentuk intervensi terapeutik dalam manajemen kanker. “Sudah banyak bukti yang menunjukkan keamanan dan efektivitas olahraga sebagai obat, baik selama maupun setelah perawatan kanker,” ujarnya.
Selain itu, para peneliti menyoroti peran peradangan kronis yang bisa melemahkan pertumbuhan otot dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung kanker. Penurunan massa lemak serta peningkatan massa otot melalui olahraga teratur diyakini mampu mengurangi peradangan, sehingga menurunkan risiko kekambuhan kanker.
“Anda seharusnya tidak menurunkan berat badan tanpa berolahraga, karena Anda perlu membangun atau mempertahankan massa otot yang memproduksi zat penting ini—hal yang tak bisa dicapai hanya dengan diet saja," katanya.