BRIN Ungkap Komponen Jerami yang Bisa Jadi Bahan Bakar

2 hours ago 3

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyampaikan jerami memiliki sejumlah komponen yang membuatnya berpotensi diolah menjadi bahan bakar. Struktur jerami mengandung selulosa, hemiselulosa, lignin, dan glukosa menjadi faktor utama, memungkinkan limbah tersebut dikonversi menjadi energi.

Peneliti Bidang Sistem Penggerak Berkelanjutan, Pusat Riset Teknologi Bahan Bakar BRIN, Hari Setyapraja, mengatakan komponen-komponen itu membuat jerami dapat diolah untuk menghasilkan bahan bakar alternatif. Ia turut merespons pemberitaan perihal BOBIBOS (bahan bakar original buatan Indonesia, bos) yang diklaim berbahan dasar jerami.

“Komponennya itu banyak ternyata Pak, yang memang bisa menjadi komponen inti untuk jadi suatu bahan bakar, ada selulosa, ada hemiselulosa, ada lignin, ada glukosanya juga. Nah jadi ini komponen-komponen inilah yang membuat kenapa tadi jerami ini bisa diolah untuk menjadi suatu bahan bakar,” ujar Hari kepada Republika.co.id, Rabu (12/11/2025).

Hari menjelaskan, jerami merupakan salah satu sumber biomassa nonpangan (non-edible) yang kini banyak dikembangkan oleh lembaga penelitian maupun industri energi. Tren global, menurutnya, memang diarahkan agar pengembangan biofuel tidak mengganggu pasokan bahan pangan masyarakat.

“Trennya sekarang kan kalau untuk bio-bioan itu diusahakan menghindari yang tidak terkait dengan kebutuhan pangan. Harapannya non-edible, jadi tidak akan bentrok. Misalkan kalau untuk jagung, itu kan digunakan untuk keperluan sehari-hari, itu mungkin yang dihindari,” kata dia.

Ia menambahkan, BRIN juga tengah mendorong optimalisasi pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan baku energi, seperti jerami padi atau tandan kosong kelapa sawit. Dengan pendekatan itu, satu tanaman bisa diolah secara maksimal tanpa limbah terbuang.

“Jadi kita betul-betul mengoptimasi satu tanaman itu yang nanti bisa dikonversi menjadi suatu energi. Dan itu memang sangat memungkinkan,” ucapnya.

Hari menyebut, setiap pengembangan bahan bakar baru membutuhkan proses panjang, mulai dari kajian ilmiah hingga pengujian menyeluruh. Dalam tahapan tersebut, BRIN berperan melakukan riset awal, sedangkan penentuan izin edar dan standar mutu berada di bawah kewenangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

“Ketika terkait bahan bakar yang akan dikomersialkan itu kan otoritasnya hanya Kementerian ESDM. Sebagai contoh misalkan untuk biodiesel, itu kan memang sudah ada pengkajian menyeluruh, melibatkan seluruh stakeholder,” kata Hari.

Ia menegaskan, BRIN terbuka untuk berkoordinasi dengan berbagai pihak, termasuk pengembang bahan bakar alternatif seperti Bobibos. Saat ini, BRIN tengah berencana menjalin komunikasi dengan pihak terkait guna menelaah lebih jauh inovasi tersebut.

“Dalam waktu dekat memang dari pihak BRIN akan berinisiatif juga. Akan berkontak kepada Bobibos terkait dengan inovasi ini. Mudah-mudahan dalam minggu atau awal minggu depan kita sudah bisa berkomunikasi,” katanya.

Hari menilai, munculnya inovasi dari masyarakat merupakan hal positif di tengah upaya pemerintah mencapai target net zero emission pada 2060. Ia berharap inovasi-inovasi energi seperti itu dapat didampingi secara ilmiah agar hasilnya benar-benar teruji dan bermanfaat luas.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|