Anggota Komisi X DPR RI Buat Konsep Revolusioner Pembentukan Karakter Anak

2 hours ago 9

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Di tengah derasnya informasi, semua orang tua memiliki tantangan untuk mengasah generasi masa depan bangsa agar tidak hanya memiliki disiplin, produktif, dan bertanggung jawab. Tapi juga, berjiwa mulia dan berintegritas tinggi, saat ini semua orang tua memiliki

Melihat kondisi ini, Anggota Komisi X DPR RI, Habib Syarief Muhammad membuat pemikiran revolusioner dalam pembentukan karakter anak Indonesia melalui sosialisasi Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat yang diperkaya, dengan gagasan inovatif Beyond Habit. Yakni, sebuah konsep integratif yang melampaui sekadar rutinitas menanamkan lima nilai kebajikan utama (Virtue Learning) sebagai fondasi moral dan spiritual yang kokoh.

"Dengan merujuk pada landasan ilmiah dan khazanah spiritual, angka tujuh dipilih bukan sembarangan," ujar Habib Syarief, akhir pekan ini.

Habib menjelaskan, angka tujuh adalah angka ajaib dalam psikologi kognitif yang merepresentasikan kapasitas otak manusia dalam mengelola informasi secara optimal. Sekaligus, simbol kesempurnaan dan keseimbangan dalam tradisi Islam yang berulang kali menegaskan pentingnya keseimbangan jasmani, rohani, dan sosial.

Habib Syarief menegaskan, kebiasaan tanpa kebajikan ibarat bangunan tanpa fondasi. Yakni, indah namun rentan roboh. Oleh karena itu, Beyond Habit berfungsi sebagai dimensi tambahan yang memberikan makna lebih dalam dan kekuatan jiwa dalam membentuk karakter anak Indonesia hebat.

Dalam pemaparan yang sarat inspirasi, Habib Syarief menggambarkan tujuh kebiasaan ini seperti orchestra kehidupan dan roda gigi jam mekanik yang saling terintegrasi. Serta, saling menggerakkan agar mekanisme pembentukan karakter berfungsi dengan presisi dan harmoni.

"Yakni, mulai dari bangun pagi yang strategis secara biologis dan spiritual, beribadah yang memperkuat ketenangan batin dan kesehatan mental, hingga berolahraga yang menumbuhkan ketangguhan jasmani dan mental, semua membentuk sivitas anak yang utuh," katanya.

Menurutnya, kebiasaan makan sehat dan gemar belajar menjadi pilar utama untuk menopang fungsi tubuh dan intelektual anak secara optimal. Kebiasaan bermasyarakat membangun kemampuan sosial dan empati, meneladani Rasulullah SAW dan para tokoh bangsa seperti Soekarno dan KH Hasyim Asyari yang sukses membangun solidaritas sosial yang kuat.

"Sebagai penutup, kebiasaan tidur cepat memastikan pemulihan energi dan konsolidasi memori, sangat esensial untuk tumbuh kembang anak," katanya.

Mengangkat lebih jauh gagasan Virtue Learning yang berkembang dalam tradisi pendidikan pesantren kemudian menjadi pondasi moral dan spiritual yang menjadikan kebiasaan itu bukan sekadar rutinitas, melainkan kebajikan yang melekat dalam jiwa.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|